ANKARA (Arrahmah.com) — Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan memberitahu sejumlah pemimpin Yahudi bahwa ia ingin memulihkan hubungan dengan Israel ‘segera’, lansir Ynet News (23/12/2021).
Pernyataan itu disampaikan saat menjamu para rabi di istananya di Ankara, Turki pada Rabu (22/12/2021). Pertemuan mereka disebut sebagai bagian dari Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Aliansi Rabbi di Negara-negara Islam (ARIS).
ARIS merupakan persatuan para rabi yang menetap di sejumlah negara Muslim. Sejak didirikan pada Desember 2019, aliansi ini bertujuan untuk mendukung kehidupan umat Yahudi.
Erdogan pun menambahkan bahwa ia memerangi anti-Semitisme sama kuatnya dengan memerangi Islamofobia. Oleh karenanya, hubungan antara Israel dan Turki akan terus tumbuh.
Selama pertemuan itu, Erdogan diketahui mengeluarkan serangkaian pernyataan hangat yang mengejutkan terkait sikapnya terhadap orang Yahudi dan Israel.
“Hubungan antara Turki, Yahudi dan Israel akan selalu kuat,” kata Erdogan.
“Hubungan ekonomi antara kedua negara lebih kuat dari sebelumnya dan akan terus tumbuh,” ujarnya.
Bahkan, Erdogan menyebutkan bahwa Turki telah menandatangani perjanjian melawan penyangkalan Holocaust. Ia mengatakan, hal tersebut akan meningkatkan pendidikan Holocaust di negara itu.
Erdogan, yang biasanya merupakan pengkritik keras Israel, juga mengatakan ia berharap terdapat resolusi damai untuk konflik Israel-Palestina.
“Saya berharap perdamaian dan kepercayaan antara Israel dan Palestina. Sebuah perdamaian dimana setiap orang akan saling menghormati,” tuturnya.
Di antara para pemimpin Yahudi yang hadir adalah kepala rabi Kazakhstan, Uzbekistan, Iran, Azerbaijan, Kirgistan, Uganda, Nigeria, Albania, Uni Emirat Arab (UEA), Siprus Utara, dan lain-lain. Karena pembatasan covid-19, para rabi Maroko dan Tunisia tidak dapat menghadiri acara tersebut secara fisik.
Menghangatnya hubungan antara kedua negara setelah bertahun-tahun bermusuhan, dinilai menjadi jelas setelah pembebasan pasangan Israel yang ditahan oleh Turki karena dicurigai melakukan spionase pada November lalu.
Pasangan itu ditangkap dan ditahan karena diduga mengambil foto kediaman Erdogan selama perjalanan ke Istanbul. Namun kedua dibebaskan seminggu kemudian setelah kampanye diplomatik besar-besaran oleh Israel. (hanoum/arrahmah.com)