NEW DELHI (Arrahmah.com) – Pengurus pusat Jamaah Tabligh telah memutuskan untuk tetap menutup Markaz dengan alasan terus meningkatnya kasus Covid-19 di negara India.
Sebelumnya Markaz Nizamuddin menjadi perhatian nasional awal pandemi Covid-19 di India. Banyak pihak menyalahkan ummat Islam menjadi penyebab penyebaran Covid-19 karena kasus di Markaz Nizamuddin ini.
Otoritas pemerintah setempat pun akhirnya menyegel gedung pusat dakwah ini sehingga mengakibatkan banyak warga asing ditahan dan diajukan ke pengadilan.
Menurut salah satu pengurus, alasan untuk menutup Markaz adalah karena mereka merasa akan sulit untuk memastikan protokol Covid-19 diterapkan di Markaz.
“Markaz tidak seperti masjid lain di mana orang datang untuk shalat dan kemudian pergi. Di sini warga bermalam dan melakukan silaturahmi dan dakwah. Bukan hanya shalat saja,” kata salah satu pengurus Markaz seperti dikutip dari Clarion pada Ahad (18/10/2020).
“Tidak mungkin disini meminta orang mengosongkan masjid setelah shalat. Karenanya, selama Covid-19 tidak mereda, Markaz akan tetap ditutup untuk masyarakat umum serta anggota Jamaah Tabligh.”
Pemerintah India memberlakukan penguncian yang ketat di seluruh negeri pada akhir Maret untuk mengekang penyebaran Covid-19. Pada waktu yang sama, Markaz, tempat anggota Jamaat Tabligh dari seluruh dunia berkumpul, dianggap sebagai salah satu hotspot virus corona pertama di India.
Akibat isu tersebut, banyak media kemudian menyerang Markaz dan Jamaah Tabligh. Hal tersebut semakin memicu gelombang baru Islamofobia dan kejahatan rasial terhadap Muslim di jalanan India.
Pengalaman ini, kata pengurus, menjadi alasan lain untuk menunda pembukaan Markaz. Markaz tidak ingin memberikan kesempatan atau alasan kepada media untuk menjelekkan mereka lagi.
Ia berkata, “Jika ada satu kasus di sini, bayangkan reaksi dari media dan pemerintah. Jadi, kami tidak ingin mengambil kesempatan untuk membiarkan pemerintah menyalahkan kami.” (Hanoum/Arrahmah.com)