MEDAN (Arrahmah.com) – Ketua Presidium Medical Emergency Rescue Committee (MER-C) Indonesia Joserizal Jurnalis memberi dukungan kepada jamaah Masjid Al Ikhlas,Jalan Timor,untuk terus berjuang hingga masjid itu berdiri kembali di tempat semula.
“Atas nama apa pun, tidak boleh ada penggusuran masjid,” kata Joserizal, salah satu aktivis kemanusiaan yang sempat disandera pasukan Israel di Kapal Mavi Marmara saat masuk ke perairan Gaza, Palestina, seusai Salat Jumat di Jalan Timor, Medan, pada Jumat (19/8/2011).
Joserizal mengatakan, umat Islam di negara mayoritas muslim sering terusir dan dianiaya Menurutnya,itu semua jangan dianggap sebagai kekalahan dan kelemahan umat, tapi bagian dari kristalisasi perjuangan umat menuju pemurniannya.
Dia mengungkapkan setiap umat Islam membutuhkan ladang- ladang perjuangan untuk pemurnian keimanan dan ketakwaannya. Karena itu, di mana pun umat Islam yang tertindas dan terusir di situlah kesempatan untuk memperjuangkannya.
“Karena Allah SWT tidak membutuhkan perjuangan kita, tapi kita yang butuh untuk berjuang.Jangan pikir setelah syahadat, salat, dan haji bisa langsung masuk surga.Tidak, kita masih butuh ladang-ladang perjuangan,” tegas Joserizal.
Meskipun demikian, Joserizal mengingatkan perjuangan yang dimaksud harus mengedepankan kecerdasan. Cerdas dalam berjuang, cerdas dalam emosional, dan cerdas dalam berbuat. Karena prinsip dalam jihad bukan atas dasar emosi tapi untuk mencari rida Allah SWT.
Ia memberi contoh bagaimana kekuatan-kekuatan kecil bisa mengalahkan kekuatan besar di Palestina,seperti Hamas yang meraih kemenangan terhadap Israel hanya dalam beberapa hari, begitu juga dengan Hizbullah yang dapat mengalahkan Israel dalam waktu singkat.
Di Afganistan sendiri perjuangan masih terus berlanjut melawan pendudukan Amerika Serikat yang akhirnya membuat negara adidaya tersebut terbelit krisis ekonomi yang sangat dahsyat.
Senada dengan Joserizal, Khatib Salat Jumat Buhanuddin Siagian sebelumnya juga menekankan pentingnya berjuang bagi umat Islam. Menang atau kalah dalam perjuangan tidak akan pernah menjadi persoalan di hadapan Allah SWT.Namun,hal itu akan menjadi pertanyaan jika umat Islam tidak turut berjuang.
“Menang atau kalah engkau dalam perjuangan mu tidak akan pernah ditanyakan Allah SWT.Namun yang pasti ditanya berjuangkah engkau?” kata Burhanuddin.
Dia juga menyesalkan jika banyak ulama dan pemuka agama lebih banyak berdakwah soal pahala dan dosa. Seolah olah jika semua umat sudah meraih pahala, semua persoalan keumatan akan selesai.
“Kenapa kita masih cerita pahala di saat masjid diruntuhkan, TKI disiksa, ekonomi kapitalisme menguasai kita. Apakah itu semua akan selesai dengan pahala?” tandasnya.
Terkait hal tersebut, ia mengungkapkn bahwa umat harus berjuang dan berdakwah dengan kecerdasan. Jangan hanya karena tidak ingin menyindir kepala daerah, dakwah jadi hanya seputar pahala dan dosa. Independensi sebagai ulama seharusnya terjaga dengan baik. (em/arrahmah.com)