SURABAYA (Arrahmah.com) – Selain suhu panas kota Madinah dan Makkah, jamaah haji Indonesia kembali diperingatkan mengenai ancaman virus corona yang mematikan dan belum ditemukan obatnya.
“Yang jelas, kalau sudah mengalami gejala panas selama dua minggu berturut-turut, diharap para jamaah ini untuk segera melapor,” kata Wakil Menteri Kesehatan RI, Ali Ghofron Mukti saat ditemui usai melepas keberangkatan jamaah haji embarkasi Surabaya di bandara Internasional Juanda Selasa (10/9/2013).
Dia juga menyatakan, karena virus corona belum memiliki vaksin, maka pihaknya menyarankan para jamaah haji melakukan tindakan antisipatif. Diantaranya dengan minum air putih yang cukup, istirahat cukup, dan jangan memaksakan diri bila lelah.
Menurut dia, semua biaya untuk pengobatan di sana akan ditanggung oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI. Selain itu, pihaknya juga menyediakan satu dokter dan dua perawat di setiap kloter nantinya. Petugas ini yang akan memantau kesehatan jamaah haji.
“Kami juga membuka dua balai pengobatan haji di sana. Nantinya, setelah tiba ke Indonesia kembali, mereka akan menjalani tremoscan. Kalau ada gejala-gejala terjangkit, mereka akan di karantina dulu di asrama haji, ” jelasnya.
Coronavirus MERS (middle east respiratory syndrome) muncul di semenanjung Arab pada September 2012 dan menjadi bagian dari keluarga virus yang lebih besar, yang melibatkan demam biasa dan SARS (severe acute respiratory syndrome).
Virus yang menyerang sistem pernafasan ini diperkirakan menyerang siapa saja yang mengalami kelelahan fisik dan menyebar melalui udara. Menurut data WHO akibat virus corona ini 8000 orang menderita, 775 orang meninggal dunia, 44 orang diantaranya di Saudi Arabia.
Sementara itu, Ketua Komisi 8 DPR RI Ida Fauzia yang juga hadir dalam kesempatan ini mengatakan, pihaknya sudah meminta kepada Kemenkes agar membuat langkah-langkah antisipatif untuk mencegah virus ini menyebar ke jamaah haji asal Indonesia. “Salah satunya dengan membagikan masker yang memiliki kualitas yang cukup bagus,” terangnya.
Masker ini akan diberikan sebanyak empat kali. Dia mengatakan, bila pelaksanaan hajinya selama 42 hari, maka itu bisa dipakai berkali-kali dan berganti. Jadi, ini cukup untuk memenuhi kebutuhan kesehatan jamaah haji asal Indonesia. “Mencegah lebih baik daripada mengobati,” tandasnya.
(azmuttaqin/sp/arrahmah.com)