(Arrahmah.com) – Dengan nama Allah, segala puji bagi Allah, segala keagungan adalah milik Allah, dan shalawat dan salam semoga tercurahkan untuk Rasulullah.
Gelombang peluru terus berdesingan di hari Senin pagi yang bersejarah ketika handphoneku berdering keras seperti mempunyai berita yang akan menjelaskan rasa tidak nyaman yang aku rasakan. Si penelepon menginformasikan bahwa salah seorang saudara yang terhormat di battalion kami terbunuh di garis depan di pertempuran hari itu. Beberapa jam berikutnya, aku mendengar beberapa komandan dan ulama kami syahid di jalan Allah, dari Tanah Dua Migrasi (Somalia).
Setelah itu, aku mendengar sebuah berita yang amat menyedihkan dari semuanya, yaitu klaim dari Obama bahwa Syaikh kami Usamah bin Ladin telah syahid di Pakistan. Takut karena aku makin lemah karena berita-berita yang menyedihkan tersebut, aku silent kan handphoneku dan beralih kepada musuh yang kami lawan dengan fokus.
Tetapi kematian-kematian (berpulangnya) Mujahidin terus berkecamuk di pikiranku, sampai aku mengingatkan diriku sendiri bahwa hakikat dari jalan ini adalah kepulangan orang-orang, dari kehidupan ini ke kehidupan yang kekal, sedangkan arena jihad adalah platform untuk kepulangan yang cepat langsung menuju tingkatan paling tinggi di Surga Firdaus – dengan izin Allah.
Kepulangan para Mujahidin kami yang tercinta dan keinginan orang-orang di belakang mereka untuk takdir yang sama adalah bukti yang jelas betapa kuatnya kecintaan mereka untuk bertemu Allah yang Maha Kuasa. Mereka bergegas mencari syahid adalah buah dari keikhlasan mereka terhadap Dien Allah.
Ketika salah seorang Mujahidin terbunuh, terlinang beberapa tetes airmata karena kesedihan tercampur dengan kebahagiaan atas kepulangan mereka, yang mana perjuangan mereka melawan pasukan salib dan Zionist berlanjut tanpa jeda sedikitpun.
Hari itu pada saat kami kehilangan beberapa saudara kami, kami melanjutkan misi dan tugas kami seperti tidak ada sesuatu yang serius terjadi. Kami kuburkan syuhada-syuhada tersebut dengan penuh keikhlasan terhadap apa yang telah Allah takdirkan. Semua orang merasa sedih yang mana berubah menjadi kebencian yang bertambah kepada musuh-musuh Allah.
Kami sempat melawan orang-orang murtad beberapa saat yang lalu yang menjatuhkan bendera hitam Tauhid dan menginjak-nginjaknya, tanpa peduli dengan kesucian tulisan di atas bendera tersebut. Darah saudara kami menetes demi menegakkan bendera Tauhid sekali lagi di daerah itu, dan jika mereka diberi kehidupan sekali lagi mereka tetap akan melakukan hal yang sama.
Ini dapat dilakukan karena keyakinan yang tepatri kuat di dalam hati setiap orang beriman dan pejuang untuk Allah. Ada anggota di battalion kami bermigrasi jauh dari Australia, ketika yang lain enak-enakan hidup nyaman di London dan Minneapolis. Beberapa anggota ada yang tua sampai berumur 60 tahunan, dan beberapa yang lain malah belum berumur 18 tahun.
Tetapi mereka didorong oleh faktor yang sama yaitu sebuah keyakinan yang sangat luar biasa yang tidak memiliki penghalang bahasa, kebudayaan atau daerah, dan keyakinan itu tidak meminta kurang melainkan pengorbanan habis-habisan.
Itu adalah sebuah keyakinan yang menyadarkan anggotanya bahwa berhubung kematian adalah pasti, cepat atau lambat semua orang akan merasakannya, lalu kenapa tidak mati dengan kemuliaan syahid karena membela agama Allah yang Maha Tinggi?!
Semua Mujahid memegang keyakinan di dalam hatinya bahwa Allah Sang Pencipta, Sang Pemilik, dan Pemelihara bumi ini, sehingga hanya perintahNya yang harus dipatuhi dan kalimatNya harus dipelihara. Ini bukan sekedar keyakinan yang tidak memiliki tempat di kehidupan sehari-hari orang beriman, tetapi merupakan kompas hidup bagi setiap pemegang keyakinan tersebut. Kompas yang bekerja sebagai pembimbing untuk setiap pemegangnya, baik dia itu berkulit hitam atau putih, miskin atau kaya, muda atau tua; di setiap lahan kehidupan, dari timur ke barat bumi ini dan sepanjang abad maupun millennium.
Keyakinan ini atau disebut “TAUHID”, tidak pernah membolehkan pengusungnya untuk duduk-duduk santai, ketika mereka mendengar seruan Allah yang Maha Kuasa untuk berdiri dan usaha bersungguh-sungguh dan berperang walau mengorbankan nyawanya dan semuanya yang mereka punya demi menegakkan kalimat Allah di bumi ini.
Karena Akidah yang kuat itulah mendorong orang-orang beriman tak terhitung banyaknya sepanjang sejarah untuk bergerak maju melalui semua lembah dan mendaki semua bukit di muka bumi ini, sedang mereka menghadapi bermacam-macam cobaan, tragedi, semua karena untuk menegakkan panji Tauhid. Berjuta-juta ekspedisi di jalan jihad terjadi sejak zaman Nabi Musa dan seterusnya. Pertarungan-pertarungan dihadapi, begitu banyak perperangan mendapatkan kemenangan dan beberapa mendapatkan kekalahan, begitu banyak tanah-tanah luas yang tersebar di benua-benua dikuasai, dan banyak bangsa dibuat masuk ke dalam pangkuan Islam. Dua kerajaan paling kuat dan paling ditakuti dipaksa berlutut terhadap battalion Tauhid yang selalu maju, satu demi satu.
Banyak pionir Tauhid yang berpulang, ketika memegang Dien Allah melalui platform Jihad, dengan tiket ke Surga yang dijanjikan. Kemuliaan-kemuliaan tampak di wajah mereka dan tindakan mereka. Salah satunya adalah seorang remaja yang meninggalkan kesempatan untuk menikmati masa muda dan kenikmatannya di Inggris. Dia bertekad untuk mencari kenikmatan dari Allah, dan ridho Allah terhadap perjuangannya, karena itulah dia bermigrasi ke arena jihad Somalia, mendapatkan pelatihan, berperang dan terbunuh dalam pengabdiannya untuk zat yang paling dicintainya: Allah yang Maha Agung dan Maha Suci.
Pemuda itu adalah pemimpin dari unit kami, tetapi bukan sembarang pemimpin. Pionir tauhid lainnya pada hari itu adalah seorang ayah tiga anak berumur 40 tahunan yang merupakan anggota dari battalionku. Dia meninggalkan hidupnya yang nyaman di Amerika hanya untuk memulai kehidupan baru di akhirat yang kekal.
Seorang qori Qur’an yang terkenal meninggalkan studinya di Kairo untuk meninggikan Al-Qur’an di kehidupan setiap hari manusia. Tidak pernah akan kulupakan sholat Subuh ketika dia yang menjadi imam, membacakan ayat-ayat terakhir dari Surat Ibrahim dengan suara yang lembut, dalam, tetapi bertenaga. Semua orang tersebut dan orang-orang lain sebelum dan setelah mereka, mengukir jalan untuk generasi dibelakang mereka, jalan Jihad, penuh dengan kesyahidan, sehingga membuatku memilih tema untuk makalah ini yaitu “The Path of Departures” (Jalan Berpulang)
Banyak di antara mereka yang berpulang dalam kelompok yang besar sekaligus, seperti 70 syuhada di Uhud, syahid di sumur Ma’unah, ratusan ulama Sahabat pada hari Yamamah, para pejuang di hari Jabiyah, orang-orang beriman yang meneteskan darah mereka di negri syuhada di Andalusia, dan beberapa perjalanan lain yang tidak dapat dihitung ketika mereka meninggalkan rumah mereka dan tidak pernah kembali lagi.
Dua dekade yang lalu di Afghanistan, umat Islam secara umum, dan para Mujahid di garis depan pada khususnya, menyampaikan salam terakhirnya untuk untuk Mujahid terakhir di antara sejuta lebih orang yang berpulang di jalan Allah di Afghanistan. Sekarang hampir setiap minggu kami memiliki kafilah-kafilah yang berpulang dari jalan jihad kami, mengingatkan kami kembali dan kembali bahwa jalan ini adalah jalan syuhada.
Setiap hari, kami memiliki kafilah berangkat ke surga *** sebagai syuhada; Ridho dengan mereka Zat Yang Maha Mengetahui.
Apa yang bisa kukatakan terhadap apa yang telah mereka bangun *** ekspresi melemah dan tinta telah kering.
Mereka tidak pernah disibukkan dengan ilusi-ilusi yang mengitari mereka *** Tidak pula kemewahan atau lagu-lagu
Mereka korbankan jiwa mereka untuk mendukung Dien mereka *** dan tidak terpengaruh oleh serpihan-serpihan kehidupan
Mereka mendapatkan syahid yang merupakan impian mereka semua *** dan pada malam itu impian mereka terwujud
Dengan keyakinan yang tidak tergoyahkan bahwa jalan syuhada adalah rute menuju kemenangan terbesar di dua kehidupan, komandan-komandan arena jihad berserta pasukan Tauhid, dengan dukungan oleh ulama-ulama yang benar, semuanya berpulang dari hidup ini mendapatkan impian mereka dari dulu. Beberapa di antara mereka hanya menghabiskan satu hari di jalan ini, berperang hanya di satu perperangan, lalu mendapatkan syahid.
Bahkan faktanya beberapa dari komandan saya pada hari itu, hanya menghabiskan beberapa menit saja bertarung di garis depan perperangan, lalu langsung dipilih oleh Yang Maha Pengasih sebagai tamu-Nya yang terhormat pada malam itu. Sedangkan yang lain seperti Syaikh Usamah, menghabiskan puluhan tahun mencari hari dimana mereka mendapatkan syahid.
Allah yang Maha Perkasa dan Agung berfirman: “Jika kamu (pada perang Uhud) mendapatkan luka maka sesungguhnya kaum kafir itupun mendapat luka yang serupa (pada perang Badar). Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia (agar mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim.” (QS. Ali-Imran(3):140)
Itu adalah kehendak Allah siapa yang dicabut nyawanya kapan dan di mana. Apa yang perlu kita khawatirkan sebagai hamba Allah adalah, bekal apa yang telah kita persiapkan untuk hari itu. Karena kami kehilangan beberapa saudara kami, pemimpin dan ulama pada dekade ini gara-gara gaya barbarian baru perang salib, dan walau banyak di antara posisi mereka dapat dipegang, pengganti mereka sangat dibutuhkan.
Kami sangat percaya dan kami diyakinkan oleh sejarah lagi dan lagi walau kehilangan beberapa orang hebat, ada pemimpin-pemimpin yang lebih hebat dibentuk oleh perang untuk masa mendatang. Kalian orang-orang beriman mungkin adalah sosok yang kami cari itu. Karena kesulitan yang ummat ini hadapi, kontribusi apapun untuk Jihad dan Mujahidin menghentikan serangan musuh-musuh kita adalah penting. Jangan pernah duduk malas-malasan!
Baca dan menulislah, serta sebarkan semuanya yang berhubungan dengan Jihad kita. Belajar, berlatih dan mendapat semua itu bisa membantu dan menolong untuk tujuan kita yang mulia yaitu menegakkan kalimat “La Ilaha illa Allah”
Seperti yang telah dikatakan komandan Abu Mus’ab al-Zarqawi yang kami hormati: “Jadikan seluruh dunia tahu bahwa metodologi kita (Tauhid dan Jihad) tidak akan pernah menyerah pada penghambaan… dan rahim-rahim yang melahirkan Khalid bin Walid dan yang serupanya tetap masih melahirkan orang-orang seperti mereka, melawan arogansi kebatilan dan kedustaan.”
Batalion orang-orang beriman akan selalu bergerak menghancurkan siapa pun yang berdiri melawan mereka. Untuk itulah, orang-orang murtad dari tanah muslim dan tuan mereka, Zionis dan salibis akan musnah di bawah tebasan orang-orang beriman, cepat atau lambat –tanpa ragu– dengan izin Allah.
Dan semoga shalawat dan salam dilimpahkan kepada Rasulullah dan keluarganya dan sahabat-sahabatnya yang suci lagi benar, dan segala puji bagi Allah, Tuhan Semesta Alam.
Ditulis oleh saudara Mujahid
Abu Yaser Al-Maqdishy
Diterjemahkan oleh Awang
9 Sya’ban 1432/10 Juli 2011
Mogadishu, Somalia
(Theunjustmedia/arrahmah.com)