GAZA (Arrahmah.id) – Lebih dari dua pertiga warga Palestina tidak percaya bahwa negara-negara Arab dan Islam berbuat cukup banyak untuk melindungi orang-orang di Gaza dari serangan ‘Israel’, menurut jajak pendapat terbaru.
Survei yang dilakukan oleh Pusat Opini Publik Palestina (PCPO) tersebut mensurvei 1.500 warga Palestina yang tinggal di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki antara 5 hingga 15 Maret tentang perkembangan terkini dalam konflik tersebut.
Hasilnya menunjukkan kekecewaan yang meluas terhadap tanggapan dunia Arab terhadap penghancuran Gaza oleh ‘Israel’.
Rasa frustrasi khususnya, tinggi di Gaza, di mana hampir tiga perempat responden mengatakan bahwa respons Arab tidak memadai, sementara dua pertiga orang di Tepi Barat mengatakan hal yang sama.
“Secara historis, Palestina telah mengandalkan negara-negara Arab dan Islam untuk dukungan politik, diplomatik, dan material. Namun, ada persepsi bahwa banyak negara tersebut lebih mengutamakan kepentingan geopolitik dan hubungan diplomatik daripada dukungan kuat terhadap hak-hak Palestina,” kata Nabil Kukali, presiden dan pendiri PCPO, kepada The New Arab.
“Normalisasi hubungan antara beberapa negara Arab dan ‘Israel’ telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap ketidakpercayaan ini. Banyak warga Palestina memandang perjanjian ini sebagai tanda bahwa perjuangan mereka dikesampingkan demi kepentingan ekonomi dan strategis,” katanya.
Survei tersebut juga mengungkap ketakutan luas bahwa AS dan ‘Israel’ akan bergerak untuk menggusur paksa 2,2 juta penduduk Gaza.
Tiga perempat orang di Gaza dan lebih dari separuh di Tepi Barat menyatakan kekhawatiran tentang usulan Presiden AS Donald Trump untuk “mengambil alih” Gaza dan membangunnya kembali sebagai tujuan wisata mewah.
Trump pada Februari mengumumkan bahwa AS akan berupaya menduduki Jalur Gaza setelah perang dan mengusir penduduk secara permanen untuk membangun apa yang disebutnya “Riviera Timur Tengah”.
‘Israel’ memuji usulan Trump dan mulai mempersiapkan apa yang disebutnya migrasi “sukarela” warga Palestina dari Gaza sebelum melanjutkan serangan brutalnya di wilayah tersebut pada Selasa (18/3/2025).
Usulan itu mendapat reaksi keras di seluruh dunia Arab, yang telah mendukung rencana tandingan yang disusun oleh Mesir yang menyediakan peta jalan untuk rekonstruksi Gaza yang tidak melibatkan pemindahan penduduk.
Mesir, bersama dengan Yordania, telah menolak tekanan dari pemerintahan Trump untuk memukimkan kembali warga Palestina dari Gaza.
Jajak pendapat tersebut juga mengungkap perbedaan pandangan yang tajam tentang Hamas dan Otoritas Palestina antara orang yang tinggal di Gaza dan Tepi Barat yang diduduki.
Lebih dari 60% warga Gaza menyatakan dukungan untuk menyerahkan kekuasaan kepada Otoritas Palestina, sebuah gagasan yang hanya didukung oleh seperempat warga di Tepi Barat, tempat PA sangat tidak populer.
Mengenai Hamas, kurang dari seperlima responden di Gaza mengatakan mereka menganggap kelompok tersebut mewakili perlawanan Palestina.
Popularitasnya lebih tinggi di Tepi Barat yang diduduki, di mana hampir separuh penduduk menyatakan dukungannya terhadap kelompok tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)