JAKARTA (Arrahmah.id) – Rumah Sakit Indonesia di Gaza kini menjadi satu-satunya harapan bagi warga yang berada di Gaza Utara, di tengah agresi Israel.
RS Indonesia masih berdiri utuh di tengah gempuran Israel di Gaza, namun terancam lumpuh operasionalnya.
Sebagai dilansir Al Jazeera, hanya RS Indonesia yang masih beroperasi di Gaza utara, terutama sejak Israel dua kali menyerang kamp pengungsi Jabalia dalam 24 jam terakhir.
“Banyaknya jumlah korban luka memaksa rumah sakit ini bekerja 50 kali lipat melebihi kapasitasnya, karena kekurangan pasokan medis dan bahan bakar,” demikian laporan jurnalis Al Jazeera di Gaza, lansir CNN Indonesia, Kamis (2/11/2023).
Menurut pernyataan Kementerian Kesehatan di Gaza, Rumah Sakit Indonesia terpaksa mengambil keputusan serius dengan mematikan generator utama. Keputusan ini diambil karena RS itu mengalami kekurangan bahan bakar parah, dan hanya bisa mengandalkan generator kecil agar ICU tetap beroperasi.
“Kami tidak tahu sampai kapan rumah sakit ini bisa bertahan,” lapor Al Jazeera.
“Sepanjang hari kami mendengar pengumuman penutupan total rumah sakit, yang akan menjadi sebuah bencana. Ini akan mengubah rumah sakit menjadi kamar mayat yang besar,” lanjut pernyataan itu.
Sejak sepekan terakhir, RS Indonesia di Gaza memang sudah mengalami krisis bahan bakar parah, imbas blokade Israel yang tidak mengizinkan BBM masuk ke Gaza.
Meski bangunan rumah sakit masih tampak berdiri utuh dari luar, namun sistem kesehatan di RS ini sudah diambang kolaps.
Dengan ketiadaan generator, RS Indonesia terpaksa menggunakan generator cadangan sehingga oksigen rumah sakit sekaligus pendingin udara terpaksa berhenti.
RS Indonesia di Gaza dianggap sebagai salah satu tulang punggung yang menyediakan layanan kesehatan di bagian utara Gaza. Sebab RS ini menjadi fasilitas medis terdekat, dari titik-titik target gempuran Israel.
Relawan MER-C di RS Indonesia di Gaza, Fikri Rofiul Haq, sebelumnya mengatakan banyak warga sipil di Gaza yang dibawa ke rumah sakit itu, bahkan mengungsi di halaman rumah sakit.
“Tercatat lebih dari 2.000 orang saat ini yang mengamankan diri di Rumah Sakit Indonesia,” kata Fikri dalam rekaman audio yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (31/10).
Sebelumnya Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menegaskan pentingnya pasokan bahan bakar untuk merawat dan menyelamatkan nyawa manusia yang dirawat di rumah sakit.
“Dari komunikasi kita diperoleh informasi bahwa waktu yang tersisa adalah kurang lebih 48 jam sejak tadi pagi (Rabu 1/11), karena kita melakukan komunikasi tadi pagi, sebelum generator utama mengalami shut down,” kata Menlu Retno dalam konferensi pers kemarin (1/11).
“Beberapa hal yang memang sudah sangat kritis dan terus kita upayakan adalah masuknya bahan bakar ke Gaza dan juga air bersih, selain tentunya kebutuhan bahan pokok yang memang sudah sangat diperlukan penduduk Gaza. Kita intensif komunikasikan agar BBM dapat segera masuk ke Gaza dengan alasan kemanusiaan,” lanjutnya.
Diketahui, Rumah Sakit Indonesia (RSI) di Gaza dibangun di atas tanah seluas 16.261 meter persegi yang terletak di Bayt Lahiya, Gaza utara.
Menurut laman resmi MER-C, RS ini dibangun di atas tanah wakaf dari pemerintah Palestina di Gaza. Sementara dana pembangunan rumah sakit ini semuanya berasal dari donasi rakyat Indonesia.
(ameera/arrahmah.id)