JAKARTA (Arrahmah.id) – Museum Rekor Indonesia (Muri) menetapkan Dosen Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Rully Charitas Indra Prahmana sebagai profesor bidang Pendidikan Matematika termuda di Indonesia.
Rully dikukuhkan sebagai profesor bidang tersebut pada usia 35 tahun.
Penyerahan penetapan Muri itu diberikan bersamaan dengan pengukuhan dua guru besar UAD lainnya pada Rabu (9/11/2022).
Senior Customer Relation Manager Muri, Andre Purwandono, menjelaskan selama ini Muri belum pernah mencatatkan profesor termuda bidang Pendidikan Matematika. Namun, rekor itu berhasil dipecahkan oleh Rully Charitas dari UAD Jogja.
Rekor penghargaan yang diberikan kepada Rully Charitas itu merupakan yang ke 10.600 dari total seluruh bidang yang diberikan Muri. Akan tetapi khusus untuk profesor termuda bidang matematika, mereka selama ini belum pernah mencatatkan.
“Kalau doktor termuda bidang tertentu itu sudah cukup banyak yang masuk rekor MURI, tetapi untuk matematika ini belum pernah dan kami bangga bisa menemukan di Jogja dalam hal ini di kampus UAD,” katanya, Rabu (9/11/2022).
Muri memang pernah mencatatkan profesor termuda bidang nonmatematika dengan usia di bawah 30 tahun. Namun, untuk bidang matematika sangat jarang karena termasuk kategori ilmu yang susah dipelajari dan tidak semua orang mampu menguasai.
Dia berharap dengan penganugerahan itu bisa menjadi motivasi para mahasiswa dan pelajar untuk menyukai keilmuan bidang matematika. Karena dengan metode yang disampaikan oleh Profesor Rully mampu mengkolaborasikan matematika dengan budaya.
Padahal selama ini matematika hanya dipahami dengan angka dan rumus, tetapi pendekatan yang dilakukan Rully sangat menarik bagi pelajar.
“Matematika ini, di Indonesia menjadi salah satu pelajaran atau mata kuliah yang menakutkan, biasanya juga diiringi dengan pengajar yang menakutkan,” ucapnya.
Prof. Rully Charitas mengatakan dia menggabungkan teori Realistis Mathematics Education (RME) yang digagas oleh Freudenthal dan teori Ethnomathematics oleh D’Ambrosio.
Dia memberi nama temuan itu menjadi Ethno-Realistis Mathematics Education (E-RME). Menurutnya teori ciptaannya dapat berkontribusi untuk membangun pembelajaran matematika realistik berkonteks budaya.
“Sehingga memudahkan siswa dalam memahami konsep matematika sekaligus membangun karakter serta etika siswa sebagai pengguna matematika,” ucapnya.
(ameera/arrahmah.id)