Air mengalir deras akibat jebolnya tanggul Situ Gintung, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (27/3) Subuh. Banjir bandang itu membuat ratusan rumah hanyut dan terhempas, termasuk sekitar 100 jiwa tewas akibat terbawa aliran air dengan kecepatan 600 kilometer perjam.
Akibat jebolnya tanggul tersebut, kawasan Situ Gintung seperti Tangerang Selatan dan sebagian wilayah Jakarta Selatan, porakporanda.
Namun ditengah terpaan air itu, tampak di tengah permukiman warga berdiri kokoh sebuah masjid yang dibangun setahun silam. Padahal masjid bernama Jabal Rahmah itu juga ikut terkena hantaman air bah dari Situ Gintung.
Bangunan megah dengan cat warna kuning telur beratapkan seng dari hasil swadaya masyarakat setempat itu tak ambruk. Meskipun beberapa dinding, pinggiran lantai masjid pecah; namun bangunan masjid yang tak jauh dari tanggul Situ Gintung itu, masih berdiri kokoh.
Semua peralatan masjid hanyut terbawa air. Lantai masjid tertutup oleh lumpur, kata Husin, seorang warga di sana.
Menurut Husin, Masjid Jabal Rahmah dengan luas 150 M2 merupakan kebanggaan warga Muslim yang bermukim di kawasan Situ Gintung. Banyak kegiatan ke-Islama-an diadakan di masjid tersebut. Bahkan kegiatan remaja-remaja di kawasan Situ Gintung hampir setiap minggu diselenggarakan dengan mendatangkan seorang penceramah.
Kemarin, warga sekitar Situ Gintung ikut serta membersihkan masjid yang sejak peristiwa itu terjadi, sebagian tertutup oleh lumpur. Tim SAR ikut pula membantu dengan melakukan pembersihan tembok-tembok masjid.
Air bah yang datang itu, setelah masjid itu mengumandangkan adzan Subuh. Setelah adzan Subuh usai, baru air itu tumpah ruah ke permukiman warga termasuk menghantam Masjid Jabal Rahmah, tutur Arif Sugiono, seorang Pengurus Remaja Masjid Jabal Rahmah kepada Pelita, kemarin.
Anehnya, katanya, masjid itu tak mengalami kerusakan berarti. Tiang-tiang penyanggah masjid masih kokoh berdiri menopang sosok bangunan masjid itu. Ini adalah mukzijat dari Allah SWT, paparnya.
Sejak keberadaan masjid itu, paparnya, hampir setiap malam atau malam Jumat diadakan pengajian bersama untuk memperkokoh silaturahmi antar-warga. Anak remaja atau anak muda di kawasan Situ Gintung kerap memanfaatkan masjid itu sebagai ajang persabahatan dengan kegiatan mengaji.
Apalagi bila memasuki bulan Ramadhan, suasana setiap malam pasti semarak oleh berbagai kegiatan pengajian dan ceramah setengah jam, lalu diteruskan ke waktu sahur.
Bahkan ketika suara adzan masjid menggema pada saat Subuh, kata Nurhafid, seorang tokoh masyarakat di sana; bagai mendengar sebuah nyanyian kemudian membangunkan warga untuk bersiap melakukan sholat Subuh dan beraktifitas lainnya.
Tetapi gema adzan dari Masjid Jabal Rahmah itu untuk sementara terhenti. Menurut rencana masjid itu akan diperbaiki dengan meminta bantuan dari pemerintah daerah dan pusat. Namun meskipun kondisi Masjid Jabal Rahmah itu kotor, tapi warga Situ Gintung masih menggantungkan harapannya untuk bisa menunaikan ibadah di masjid itu.
Masjid Aceh
Sebelum ini, saat badai tsunami menghantam Aceh, kasus serupa juga terjadi. Di saat ribuan orang dan rumah diseret ombak, beberapa masjid nampak tegar berdiri. Masjid Al-Hidayah, di pinggir jalan Meulaboh-Banda Aceh terlihat tegar. Gempa 8,9 skala richter dan kedahsyatan tsunami tak mampu menggeser bangunan tersebut. Bahkan saat tsunami, rumah Allah ini menjadi tempat berlindung sekitar 300 warga.
Selain itu ada juga Masjid Al-Ikhlas, Kampung Lang Kruet, Lhok Nga. Juga masjid Baiturrahim di Ulee Lheue, Banda Aceh, Masjid Baiturrahman dan masjid Ba’abul Jannah di Ujung Karang, Meulaboh.
Yang lebih fantastis adalah bangunan masjid Rahmatullah yang berada Kampung Lhoknga, Kecamatan Aceh Besar. Masjid dengan tiga kubah yang didirikan pada 12 September 1997 itu, ternyata mampu bertahan meski sudah digelontor amukan gelombang tsunami yang sungguh dahsyat. Karena letaknya di tengah lembah dan dikala seluruh bangunan yang ada disekitarnya rebah, masjid bercat putih ini bila dipandang dari kejauhan tampak mengapung ke udara. (Prince/arrahmah/hidayatullah)