MATHURA (Arrahmah.com) — Pihak berwenang setempat akhirnya tidak memberi izin kelompok nasional Hindu radikal Akhil Bharatiya Hindu Mahasabha (ABHM) untuk menggelar aarti (pemujaan dewa) di masjid bersejarah di Mathura.
Sebelumnya, dilansir Times of India (11/12/2021), ABHM mengancam akan menggelar aarti di Masjid Shahi Idgah, yang diyakini mereka sebagai tempat kelahiran Dewa Krishna, pada hari Sabtu (11/12).
Menurut laporan, kejadian ini merupakan insiden kedua dalam 2 pekan terakhir.
Pada ancaman pertama, ABHM memperingatkan apabila aarti yang digelar nasional ini dilarang, mereka akan memasang patung Dewa Krishna di masjid bersejarah itu pada 6 Desember. Namun rencana itu dibatalkan setelah pemerintah setempat menolak izin dan menjaga wilayah masjid yang dibuat sejak abad ke -17.
Rajyashree Chaudhuri, presiden nasional ABHM, menulis kepada hakim distrik (DM) meminta dia untuk memberikan izin untuk aarti tersebut.
“Pemerintah tidak mengizinkan Balagopal ji memasuki tempat kelahirannya pada 6 Desember dengan alasan kerukunan umat beragama akan terganggu. Sekarang, kami meminta pemerintah untuk mengizinkan kami melakukan aarti pada Hari Hak Asasi Manusia Sedunia (10 Desember) selama 10 menit di tempat kelahiran Dewa Krishna yang sebenarnya,” kata Rajyashree Chaudhuri dalam suratnya.
Menurut laporan Times of India, polisi belum menerima informasi apapun terkait program yang diselenggarakan ABHM tersebut.
DM Navneet Singh mengatakan kepada Times of India bahwa tindakan tegas akan diambil terhadap mereka yang mencoba mengganggu kedamaian dan keharmonisan kota.
Kisruh masjid Shahi Idgah dimulai ketika seorang pengacara mengajukan banding di pengadilan Mathura dengan mengklaim bahwa Shahi Idgah terletak di tempat kelahiran Dewa Krishna yang sebenarnya.
Sekelompok petisi dari kalangan Hindu radikal telah diajukan di pengadilan untuk meminta agar bangunan masjid dihancurkan. (hanoum/arrahmah.com)