JAKARTA (Arrahmah.com) – Direktur The Community Of Islamic Ideology Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya, menyatakan isu ISIS terus muncul di media masa kerena adanya kesamaan paradigama media dengan pemerintah terkait IS-ISIS.
“Jadi kalau isu IS-ISIS di Indonesia terus muncul ya karena sudut pandang media sekuler yang seirama segendang dengan pemerintahan yang sekuler dalam memandang eksistensi IS-ISIS dan pemikiran/ideologi yang diemban cukup berbahaya bagi NKRI dangan Pancasila dan demokrasinya,” jelasnya kepada arrahmah.com, Rabu (18/3/2015) pagi.
Menurut dia, lewat pemberitaan dan opini pemerintah didorong untuk mereduksi pengaruhg paham IS-ISIS dengan mengkriminalkan para pengikutnya.
“Untuk hal tersebut butuh regulasi agar punya payung hukum implementasinya. Ekspos opini terkait IS akan menjadi stimulan pemerintah segera rumuskan regulasinya,” terang Harits.
Di samping perang opini dengan sasaran masyarakat luas, imbuh Harits, juga akan dilakukan oleh pemerintah dengan seluruh instrumennya plus bermitra dengn banyak komponen masyarakat seperti ormas dan tokoh2 intelektual dan tokoh agamanya.
“Jadi konflik Suriah memberikan efek politik keamanan di dunia Islam termasuk Indonesia menjadi dinamis penuh dgn ‘riak-riak” kecil’, pungkasnya.”
Sebelumnya, Direktur An Nashr Institute Munarman, SH mengatakan isu ISIS yang dihembuskan media massa secara masif dan terus menerus hanya semata-mata urusan fulus (uang) dan karir sejumlah orang di Densus88 dan BNPT.
Dia menyebut ada tiga kepentingan yang menunggangi isu isis di Indonesia, diantaranya
Pertama kepentingan dari oknum-oknum pejabat yang ingin terus mendapatkan proyek dengan isu terorisme. Siapa saja mereka? BNPT dan polisi dalam hal ini Densus88. Karena, kata Munarman, saat ini hampir tidak ada liputan media tentang penangkapan tertuduh teroris secara besar-besaran. Dengan adanya isu ISIS ini maka akan gencar penangkapan tertuduh teroris dengan liputan media secara massif. “Supaya apa? Supaya terekspos dan dapat proyek lagi,” katanya.
Kedua kepentingan dari pemerintahan sekarang yang gunanya untuk menjilat kepada tuan-tuan mereka seperti Amerika dan PBB untuk menyatakan sikap mencegah bangkitnya Islam yang kaffah seperti yang dituduhkan oleh mereka itu dengan penangkapan terorisme di Indonesia. (azmuttaqin/arrahmah.com)