VIRGINIA (Arrahmah.id) – Istri jurnalis Jamal Khashoggi yang dibunuh oleh intelijen Saudi berencana untuk menuntut spyware “Israel” terkenal yang dikembangkan oleh NSO Group.
Hanan Elatr (52) juga bermaksud menuntut Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) atas dugaan keterlibatan mereka dalam menginstal perangkat lunak Pegasus di ponselnya, The Guardian melaporkan Jumat (23/9/2022).
Rincian serangan terhadap lingkaran dalam Khashoggi terungkap setelah penyelidikan yang dilakukan oleh Proyek Pegasus, sebuah kolaborasi lebih dari 80 jurnalis dari 17 organisasi media di sepuluh negara.
Analisis forensik telepon oleh kelompok investigasi menemukan bukti baru tahun lalu bahwa spyware perusahaan “Israel” digunakan dalam upaya untuk memantau orang-orang yang dekat dengan Khashoggi, baik sebelum dan setelah kematiannya.
Telepon milik istri Khashoggi, Hanan Elatr, masuk dalam daftar 50.000 nomor bocor yang dipilih untuk kemungkinan pengawasan oleh klien NSO.
“Penting untuk membuat semua orang yang terlibat dalam kejahatan mengerikan ini bertanggung jawab. Suami saya pencinta damai. Saya percaya pada keadilan Amerika,” kata Hanan kepada The Guardian.
Selain itu, Hanan mengatakan dia bertekad untuk menggunakan pengadilan AS untuk mendapatkan pengungkapan penuh tentang siapa yang berpotensi memata-matai suaminya dan orang-orang terdekatnya pada periode sebelum pembunuhannya.
Setelah diretas oleh spyware NSO, Pegasus, ponsel yang ditargetkan dapat diubah menjadi perangkat pengawasan yang dapat mengaktifkan mikrofon dan kamera tanpa sepengetahuan pengguna, serta membaca semua pesan, mengambil semua daftar kontak mereka, memantau pergerakan, dan mendengarkan panggilan.
Hanan telah berbicara sebelumnya tentang kemungkinan menjadi sasaran peretasan telepon. “Jamal memperingatkan saya sebelumnya, bahwa ini mungkin terjadi,” kata Elatr. “Itu membuat saya percaya bahwa mereka menyadari semua yang terjadi pada Jamal, melalui saya.” Dia menambahkan bahwa dia khawatir percakapannya dengan orang lain mungkin telah dipantau melalui ponselnya. “Saya menyimpan ponsel saya di atas meja (di rumah mereka di Virginia), sementara Jamal berbicara dengan seorang pria Saudi dua kali seminggu.”
Israel berada di bawah tekanan global untuk menghentikan ekspor spyware sejak Juli lalu, setelah sekelompok organisasi hak asasi dan media internasional mengungkapkan bahwa program Pegasus yang diproduksi oleh NSO digunakan untuk meretas ponsel para jurnalis, perdana menteri, pejabat, dan aktivis hak asasi manusia di banyak negara.
NSO juga menghadapi tuntutan hukum dan kritik dari perusahaan teknologi yang menuduhnya menempatkan pelanggan mereka pada risiko peretasan, Apple adalah salah satu perusahaan terkemuka yang mengajukan gugatan. (ZarahAmala/Arrahmah.id)