(Arrahmah.com) – Ustadz Bachtiar Nasir bersama dengan tokoh penggerak aksi bela Palestina mendapat hadiah yang sangat Istimewa. Hadiah ini diberikan langsung oleh Sekjen Ikatan Aktivis Dunia Untuk Palestina, Dr. Muhammad Akram Al-‘Adluni, Istanbul (14/4).
Rakyat Palestina diwakili forum AlQuds Amanati mengucapkan terima kasih kepada Ustadz Bachtiar Nasir Khususnya, dan umumnya Rakyat Indonesia. Karena jutaan rakyat Indonesia, dibawah komando para Ulama telah menunjukkan kepeduliannya terhadap perjuangan kemerdekaan Rakyat Palestina, dalam Aksi Bela Palestina 17/12/17 di Monas, Jakarta.
Hadiah tersebut memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi, bukan sekedar pajangan biasa yang akan terpampang diatas dinding. namun, lebih dari itu. Hadiah tersebut akan terpampang dalam sejarah yang mempererat hubungan Indonesia dengan Palestina. Istanbul menjadi saksi sejarah baru hubungan Indonesia Palestina itu.
Ridwan salah satu tokoh kepalestinaan yang hadir dalam forum AlQuds Internasional bertanya kepada saya, apa nilai istimewa dari hadiah ini? Saya kemudian mempertemukannya dengan ketua Internasional AlQuds Amanati dan meminta izin agar beliau memberikan penjelasan.
Dr. Wissem Al’Arebi ketika itu tidak langsung memberi jawaban. Ia justru balik bertanya. “Bagaimana kalau hadiah ini saya beli seratus ribu USD..?” (Sekitar 1,4 M). “Atau kalau terlalu kecil saya beli hadiah ini dengan harga sejuta dolar..?” (Sekitar 14 M) ungkapnya.
Dengan penuh penasaran saudara Ridwan meminta agar Dr. Wissem menjelaskan nilai istimewa dibalik hadiah tersebut.
Dr. Wissem diminta menyampaikannya dalam siaran video yang di shoot langsung oleh tim Media UBN. Ia menyampaikan bahwa kotak persegi berwarna emas adalah kepingan bersejarah yang pernah melekat di Qubbah Shokhroh. Dan kepingan yang tersisa hanya sedikit. Salah satunya kini jatuh ke tangan Indonesia.
Beberapa kepingan antik yang ada ini dipilih oleh Forum AlQuds Amanati bersama Murobitun dan Khotib Masjid Al-Aqsha untuk dihadiahkan kepada tokoh berpengaruh yang berjuang untuk membebaskan Al-Aqsha. Dan tahun ini jatuh ke tangan Salah satu ulama berpengaruh di Indonesia Ustad Bachtiar Nasir.
Kini ada dua benda bersejarah yang menguatkan hubungan Indonesia dengan Masjid Al-Aqsha. Pertama Mimbar Nuruddin Mahmud Zanki, yang saat ini berada di Masjid Al-Aqsha, berkat kegigihan pengukir kayu asal jepara. Dan yang Kedua kepingan kotak berlapis emas yang pernah melekat di qubbah Shokhroh, Kepingan kotak berlapis emas itu terjatuh karena usianya yang sudah tua.
Mari kita kembali kepada sejarah, bagaimana Qubbah Shokhroh itu dibuat. Agar kita mengetahui lebih dalam nilai istimewa dibalik hadiah yang diterima Rakyat Indonesia.
Proyek pembuatan Qubbah Shokhroh dimulai pada zaman Kekhalifahan Umawiyah, pada masa pemerintahan khalifah Abdul Malik bin Marwan. Dalam proyek pembangunan Qubbah Shokhroh tersebut, dua orang arsitek mendapat tugas khusus. Arsitek pertama bernama Raja bin hayawah al-kindi, berasal dari kota Silwan. Namanya masyhur karena ia adalah tabiin dan salah satu tokoh yang mengusulkan nama Umar bin Abdul Aziz untuk dipilih menjadi Kholifah. Dan arsitek kedua bernama Yazid bin salam, ia berasal dari kota Al-Quds. Keduanya adalah warga Palestina.
Pada mulanya kedua arsitek tersebut berencana membuat Qubbah itu dengan berbahankan timah. Awalnya berwarna kehitam-hitaman. Memakan waktu selama tujuh tahun. Dr. Abdullah Ma’ruf dalam acara hakaya maqdisiyah menyampaikan bahwa dalam sebuah riwayat dikatakan proyek tersebut memakan anggaran 15 Juta dinar emas (sekitar Rp. 37,5 triliun). Saat itu Mesir menjadi donatur proyek pembuatannya. Kenapa Mesir? Karena saat itu Mesir merupakan pemerintahan islam terkaya.
Dari anggaran 15 juta dinar emas, tersisa 100 ribu dinar emas, (sekitar Rp. 250 M). Kemudian kedua arsitektur membawa kembali uang tersebut untuk diberikan kepada Khalifah Abdul Malik bin Marwan.
Khalifah mengatakan, “sisa anggarannya dijadikan sebagai upah kalian bekerja saja.”
Namun keduanya menolak. mereka berkata: “Kami tidak mungkin mengambil anggaran untuk renovasi Masjid Al-Aqsha, meski hanya sedikit.”
“Kalau perlu kami akan menjual perhiasan istri kami untuk menambah anggaran renovasi ini,” lanjut keduanya.
Setelah itu muncullah ide untuk melapisi Qubbah Shokhroh dengan warna emas, menggunakan anggaran yang tersisa. Ide ini datang langsung dari Kholifah Abdul Malik bin Marwan.
Dr. Wisem menyampaikan, semoga Allah menjadikan kita sebagai bagian dari para pejuang masjid Al-Aqsha dan kebangkitan umat, dan semoga Ustadz Bachtiar berkesempatan meletakkan kembali kepingan tersebut di atas Qubbah Shokhroh setelah pembebasannya. Waktu itu dekat. Semoga Ustadz Bachtiar dan Rakyat Indonesia dalam kondisi siap siaga saat panggilan itu tiba. Al-Aqsha akan kembali dengan izin Allah, aan Rakyat Indonesia adalah bagian dari pembebasnya.
Abu Dhabi – 17 April 2018
Hanafie Attazikie
Ketua AlQuds Amanati Indonesia
Koordinator Indonesia Untuk Forum AlQuds Intenasional 2
(ameera/arrahmah.com)