GAZA (Arrahmah.id) — Pasukan Israel menggerebek Rumah Sakit (RS) Nasser di Gaza, usai menuduh fasilitas medis tersebut menjadi tempat persembunyian kelompok perlawanan Palestina Hamas. Mereka kemudian para pengungsi dan petugas medis yang ada di RS Nasser.
Juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengklaim serangan ke rumah sakit terbesar yang masih berfungsi di Gaza itu sebagai tindakan yang “tepat”.
Dilansir Reuters (14/2/2024), Hagari menyebut serangan ke RS Nasser didasarkan pada informasi yang dapat dipercaya bahwa Hamas bersembunyi di sana, termasuk menyembunyikan sandera dan menyimpan jenazah sandera Israel.
Juru bicara Kemenkes Gaza, Ashraf al-Qidra, menyebut tentara Israel memaksa para dokter di rumah sakit untuk meninggalkan pasien yang membutuhkan perawatan intensif, sehingga mengancam nyawa mereka.
Dalam video yang diterima Reuters, terlihat beberapa orang berjalan di koridor gelap rumah sakit menggunakan cahaya ponsel sebagai penerangan hingga kondisi puing yang berserakan.
Pada video itu juga terdengar suara tembakan, sementara terdengar pula seorang dokter berteriak “Apakah masih ada orang di dalam? Ada tembakan, tundukkan kepala!”
Terdengar juga suara pria lain dalam video yang menyebut tentara Israel telah mengepung rumah sakit sehingga tidak ada yang bisa keluar.
Juru bicara Hamas menyebut tuduhan Israel bahwa mereka menyembunyikan sandera di RS itu sebagai sebuah kebohongan.
Pada November lalu, Israel juga menggunakan dalih serupa saat menyerbu Rumah Sakit al-Shifa di Gaza. Namun pasukan Zionis tidak memberikan bukti konklusif untuk membenarkan penyerangan tersebut.
Hingga kini lebih dari empat bulan agresi Israel di Gaza, jumlah korban tewas mencapai 28.663 orang dan 68.395 lainnya terluka. Dari jumlah korban tewas itu, lebih dari setengahnya adalah perempuan dan anak-anak. (hanoum/arrahmah.id)