GAZA (Arrahmah.id) – Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu pada Ahad (2/3/2025) menolak untuk melanjutkan ke tahap kedua gencatan senjata Gaza dan mengklaim Hamas telah “mengajukan posisi untuk gencatan senjata permanen yang sama sekali tidak dapat diterima.”
Dalam pidato yang direkam dan dirilis oleh kantornya, Netanyahu mengucapkan terima kasih kepada Presiden AS Donald Trump atas “dukungan yang tak tergoyahkan” bagi ‘Israel’ dan menegaskan kembali bahwa dia adalah “sahabat terbaik yang pernah dimiliki ‘Israel’ di Gedung Putih.”
“Ia telah menunjukkannya melalui rencana visionernya untuk Gaza, ini adalah rencana yang sepenuhnya didukung ‘Israel’. Ia telah menunjukkannya dengan mengirimkan kepada kami semua amunisi yang ditahan. Dengan cara ini ia memberi ‘Israel’ alat yang kami butuhkan untuk menyelesaikan pekerjaan melawan poros teror Iran,” lanjut Netanyahu. “Dan ia telah menunjukkannya dengan sepenuhnya mendukung ‘Israel’ dan memberikan tekanan untuk membebaskan para sandera di tempat yang seharusnya – di Hamas.”
Diperpanjang 50 Hari
‘Israe’l telah menerima rencana utusan Trump, Steve Witkoff, “untuk memperpanjang gencatan senjata sementara selama 50 hari,” katanya, seraya menambahkan bahwa “selama waktu tersebut kita dapat membahas persyaratan untuk gencatan senjata permanen yang akan mengakhiri perang di Gaza.”
Hamas mengatakan bahwa “persetujuan Netanyahu terhadap usulan Amerika untuk memperpanjang tahap pertama perjanjian berdasarkan pengaturan yang bertentangan dengan perjanjian gencatan senjata di Gaza, merupakan upaya terang-terangan untuk menghindari perjanjian dan menghindari perundingan untuk tahap kedua.”
Tahap pertama gencatan senjata, yang dimulai pada 19 Januari, dijadwalkan berlangsung selama 42 hari dan berakhir pada Sabtu (1/3). Selama tahap ini, Hamas dan kelompok perlawanan lainnya membebaskan 33 tawanan ‘Israel’, termasuk delapan orang yang tewas, sementara ‘Israel’ membebaskan sekitar 1.700 tahanan Palestina, dari 1.900 yang awalnya disepakati.
Tahap kedua gencatan senjata melibatkan pemulangan tahanan yang tersisa, penarikan pasukan ‘Israe’l dari Gaza, dan penghentian permusuhan. Hamas telah menyatakan kesiapannya untuk memulangkan semua tahanan sekaligus selama tahap ini.
Netanyahu mengatakan dalam pengumumannya bahwa berdasarkan rencana Witkoff, “separuh dari sandera akan dibebaskan segera dan separuh sisanya akan dibebaskan jika kita mencapai kesepakatan mengenai gencatan senjata permanen.”
Israel “akan mengambil langkah lebih jauh jika Hamas terus menahan sandera kami,” kata Netanyahu. “Dan selama ini, Israel tahu Amerika dan Presiden Trump mendukung kami.”
Sebelumnya, dalam rapat kabinet pekanan, ia mengatakan bahwa Witkoff mengusulkan rencana tersebut setelah disimpulkan bahwa tidak ada prospek langsung untuk menjembatani kesenjangan antara ‘Israel’ dan Hamas pada fase kedua kesepakatan Gaza, kantor berita Anadolu melaporkan.
Ia mengatakan diperlukan lebih banyak waktu untuk mencapai kemungkinan kesepakatan, dan menggambarkan usulannya sebagai “jalur untuk negosiasi” pada tahap berikutnya.
Klaim Netanyahu ‘Tidak Berdasar’
“Penjahat perang Netanyahu berusaha memaksakan realitas politik dengan alasan bahwa tentara fasisnya telah gagal melakukan genosida brutal selama lebih dari lima belas bulan, berkat keteguhan dan keberanian rakyat kami serta perlawanan mereka,” kata kelompok Perlawanan tersebut.
Ditambahkannya, ia berusaha “untuk membatalkan perjanjian yang ditandatangani demi kepentingan politik internalnya yang sempit, dengan mengorbankan tawanan pendudukan di Gaza dan nyawa mereka.”
Klaim ‘Israel’ bahwa gerakan tersebut telah melanggar perjanjian gencatan senjata “tidak berdasar dan menyesatkan, hanya berfungsi untuk menutupi pelanggaran harian dan sistematis yang dilakukannya sendiri,” kata Hamas.
“Lebih jauh, kami menegaskan kembali bahwa tindakan Netanyahu dan pemerintahannya jelas-jelas melanggar Pasal 14 perjanjian, yang menyatakan bahwa semua prosedur tahap pertama akan berlanjut ke tahap kedua, dan bahwa para penjamin akan melakukan segala upaya untuk memastikan bahwa negosiasi terus berlanjut hingga tercapai kesepakatan mengenai persyaratan pelaksanaan tahap kedua,” tambah pernyataan kelompok tersebut. (zarahamala/arrahmah.id)