DATARAN TINGGI GOLAN (Arrahmah.com) – “Israel” meningkatkan kekuatan militernya dengan menempatkan tank dan artileri di perbatasan antara Dataran Tinggi Golan dengan Suriah pada Ahad (1/7/2018).
“Israel” juga memperingatkan pasukan rezim Asad untuk menjaga jarak ketika mereka menyapu daerah-daerah yang dikuasai oposisi di perbatasan.
Didukung oleh Rusia, rezim Bashar Asad mulai melancarkan serangan untuk merebut kembali wilayah Daraa, mendorong ribuan pengungsi melarikan diri ke negara tetangga Yordania dan “Israel”.
Militer “Israel” mengirim tank dan pasukan artileri ke Dataran Tinggi Golan pada Ahad (1/7), sebuah pernyataan mengungkapkan, “mengingat perkembangan di perbatasan Dataran Tinggi Golan–Suriah”.
Dalam pernyataannya, militer mengatakan “Israel” berpegang pada kebijakan non-intervensi.
“Israel” mengatakan ia mengambil sikap netral dalam perang yang telah berkecamuk selama tujuh tahun tersebut.
Namun pada kenyataannya, “Israel” telah melakukan sejumlah serangan udara di Suriah dengan alasan menargetkan sasaran yang diduga milik Iran, gerilyawan Syiah”Hizbullah” asal Libanon atau sebagai respon terhadap serangan-serangan yang ditujukan terhadap pasukannya di Dataran Tinggi Golan.
Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu mengatakan “Israel” telah memberi tahu Rusia dan Amerika Serikat tentang posisinya mengenai perkembangan di Dataran Tinggi Golan, mengacu pada perjanjian dengan Suriah setelah perang Timur Tengah tahun 1973 untuk menciptakan zona penyangga yang dijaga oleh UN Disengagement and Observer Force (UNDOF).
“Kami akan terus melindungi perbatasan kami, kami akan memberikan bantuan kemanusiaan semaksimal mungkin, kami tidak akan mengizinkan mereka masuk ke wilayah kami dan kami akan menuntut kepatuhan yang ketat pada perjanjian tahun 1974 yang telah disepakati oleh tentara Suriah,” ungkapya, sebagaimana dilansir Daily Sabah.
“Israel” merebut sebagian besar Golan dari Suriah dalam perang tahun 1967 dan merebut seluruh dataran tinggi strategis tersebut pada tahun 1981, sebuah langkah yang tidak diakui dunia internasional.
Menilik ketidakstabilan Suriah, “Israel” telah meminta dukungan AS atas klaim kedaulatannya atas Golan. Seorang menteri kabinet senior Netanyahu mengatakan pada bulan Mei bahwa pemerintah Trump akan berusaha membantu. Namun meski begitu, pihak Washington belum berkomentar tentang masalah ini.
Sebuah laporan pada bulan Maret tentang kegiatan UNDOF mengatakan angkatan bersenjata Suriah mulai memasuki Dataran Tinggi Golan sehingga melanggar perjanjian tersebut, begitu pula “Israel” yang menempatkan artileri 155 mm, sistem anti-rudal Iron Dome dan peralatan terkait di area tersebut.
PBB telah memperingatkan adanya sebuah bencana di Suriah selatan, di mana serangan yang dilancarkan rezim Bashar Asad dan sekutunya telah memaksa sekitar 160.000 orang melarikan diri menuju Dataran Tinggi Golan yang diduduki “Israel” dan perbatasan Yordania.
Yordania sudah menampung lebih dari 650.000 pengungsi Suriah yang terdaftar dan mengatakan bahwa jumlah pengungsi yang sebenarnya mendekati angka 1,3 juta.
Yordania mengatakan bahwa negara tersebut tidak dapat lagi membuka perbatasannya bagi warga Suriah yang melarikan diri dari konflik yang telah berlangsung selama tujuh tahun, tetapi pada Sabtu (30/6) Yordania mengumumkan telah mengirim bantuan melintasi perbatasan ke pengungsi. (Rafa/arrahmah.com)