GAZA (Arrahmah.id) – ‘Israel’ terus menunda pelaksanaan ketentuan kemanusiaan utama dalam perjanjian gencatan senjata, termasuk masuknya perumahan pra-fabrikasi, peralatan berat untuk pemindahan puing-puing, dan pasokan medis penting ke Gaza.
Jihad Taha, juru bicara kelompok Palestina mengatakan kepada Al-Araby Al-Jadeed bahwa ‘Israel’ mengulur-ulur komitmennya dan mengabaikan aspek kemanusiaan dari kesepakatan itu.
Ia meminta mediator internasional dan organisasi kemanusiaan untuk menekan Tel Aviv agar mengizinkan bantuan mengalir tanpa halangan.
Pembicaraan antara Hamas dan mediator Mesir di Kairo, yang dipimpin oleh Khalil al-Hayya, difokuskan pada penegakan protokol kemanusiaan yang digariskan dalam perjanjian gencatan senjata.
Sumber-sumber Mesir di perbatasan Rafah melaporkan bahwa puluhan kendaraan teknik dan rumah mobil masih berada di perbatasan, menunggu izin untuk memasuki Gaza.
Peralatan tersebut, termasuk buldoser dan truk untuk pemindahan puing-puing, diharapkan beroperasi di bawah Komite Rekonstruksi Mesir-Qatar, yang sebelumnya mengawasi proyek-proyek rekonstruksi di wilayah tersebut.
Bahan-bahan ini akan ditransfer melalui Karem Abu Salem, yang juga disebut sebagai penyeberangan Kerem Shalom, setelah pemeriksaan ‘Israel’, dengan sebagian bantuan datang dari Qatar dan sebagian lainnya dari perusahaan-perusahaan Mesir.
Media Mesir menayangkan rekaman truk dan alat berat berbaris di perbatasan, membawa bendera Mesir dan lambang komite kemanusiaan gabungan Mesir-Qatar.
Laporan menunjukkan bahwa lebih dari 150 truk, yang membawa hampir 10.000 tenda, telah memasuki Gaza utara melalui penyeberangan Kerem Shalom, yang masih berada di bawah kendali ‘Israel’.
Pelanggaran ‘Israel’ terhadap kesepakatan
Pejabat Hamas mengatakan bahwa delegasi negosiasi mereka, yang dipimpin oleh al-Hayya, mengadakan diskusi dengan pejabat Mesir dan Qatar tentang perjanjian gencatan senjata dan kesepakatan pertukaran tahanan, terutama mengingat apa yang mereka gambarkan sebagai pelanggaran berulang yang dilakukan ‘Israel’.
Di Kairo, delegasi Hamas bertemu dengan kepala intelijen Mesir Mayor Jenderal Hassan Rashad, sementara juga mengadakan diskusi telepon dengan Perdana Menteri Qatar dan Menteri Luar Negeri Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani.
Pembicaraan difokuskan pada upaya memastikan penerapan penuh perjanjian, khususnya mengenai bantuan kemanusiaan, tempat berlindung bagi warga sipil yang mengungsi, pasokan medis, dan pengiriman bahan bakar.
Hamas menggambarkan diskusi tersebut sebagai “positif”, dan menyatakan bahwa mediator Mesir dan Qatar sedang bekerja untuk menyelesaikan hambatan dan memastikan kepatuhan Israel terhadap perjanjian tersebut.
Kelompok tersebut menegaskan kembali komitmennya terhadap gencatan senjata, termasuk pertukaran tahanan, selama mengikuti jadwal yang disepakati.
Hamas menyebut ‘Israel sengaja menghalangi langkah-langkah kemanusiaan utama yang diuraikan dalam kesepakatan gencatan senjata, yang mulai berlaku pada 19 Januari. Salah satu pelanggaran paling signifikan, menurut Hamas, adalah blokade ‘Israel’ yang terus berlanjut terhadap masuknya unit-unit perumahan dan tenda-tenda prafabrikasi, yang dimaksudkan untuk menyediakan tempat berlindung bagi keluarga-keluarga yang mengungsi.
Menanggapi penundaan ini, Hamas untuk sementara menangguhkan pembebasan tawanan ‘Israe’l yang telah dijadwalkan hingga ‘Israel’ mematuhi ketentuan perjanjian.
Pelanggaran gencatan senjata lebih lanjut
Hamas itu juga menunjukkan pelanggaran lebih lanjut oleh ‘Israel’, termasuk penundaan kembalinya warga sipil yang mengungsi ke Gaza utara, penghalangan pengiriman bahan bakar dan peralatan pembersih puing, serta pencegahan pasokan medis penting mencapai rumah sakit di Gaza.
Mereka juga mencatat bahwa ‘Israel’ membatasi jumlah warga Palestina yang dievakuasi keluar dari Gaza meskipun ada ketentuan dalam kesepakatan dan menunda pembicaraan pada tahap kedua kesepakatan.
Sementara itu, sejumlah besar warga Palestina di daerah kantong tersebut terpaksa tidur di luar dalam cuaca dingin di tengah menurunnya suhu dan badai yang kencang.
Mesir, dalam upaya memfasilitasi bantuan kemanusiaan, telah mendirikan pusat logistik di daerah El-Masoura, Sinai Utara, dekat Rafah.
Fasilitas tersebut, yang dirancang untuk menampung lebih dari 20.000 truk bantuan, mencakup area penyimpanan, kantor administrasi, dan akomodasi pengemudi. Pejabat Mesir telah menyatakan bahwa pusat tersebut akan memperlancar masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Mediator dari Mesir dan Qatar, bersama utusan AS Steven Witkoff, dilaporkan telah membuat kemajuan dalam mengamankan persetujuan ‘Israel’ untuk beberapa pengiriman bahan bakar dan pasokan medis yang mendesak ke Gaza.
Seorang pejabat senior Hamas mengonfirmasi bahwa di bawah fase berikutnya pertukaran tahanan, ‘Israel’ diperkirakan akan membebaskan 1.800 tahanan Palestina, termasuk mereka yang ditangkap selama invasi darat ke Gaza, serta tahanan penting, tahanan lanjut usia, dan tahanan sakit. (zarahamala/arrahmah.id)