TEL AVIV (Arrahmah.id) – Menteri Keamanan Nasional dari sayap kanan ekstrem, Itamar Ben Gvir, mengecam keras perjanjian gencatan senjata antara “Israel” dan Hamas. Ia menyebutnya sebagai penghinaan nasional yang tidak dapat diterima dan menuntut agar “Israel” segera kembali berperang.
“Gencatan senjata ini bukan hanya sebuah kesepakatan menyerah, tetapi juga penghinaan nasional bagi ‘Israel’. Kita harus menghentikannya dan kembali ke medan perang sesegera mungkin,” ujar Ben Gvir.
Dilansir dari Al Jazeera, pengunduran diri Ben Gvir dari jabatannya telah resmi berlaku pada Selasa pagi, setelah melewati 48 jam sejak pengajuan pengunduran diri secara formal. Langkah ini diambil setelah partainya, Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi), mengumumkan pada Minggu bahwa mereka menarik diri dari koalisi pemerintahan sebagai bentuk protes terhadap perjanjian gencatan senjata yang mereka sebut sebagai “memalukan” di Gaza.
Meski keluarnya Otzma Yehudit tidak langsung menyebabkan runtuhnya koalisi pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu atau memengaruhi kelangsungan gencatan senjata, pengunduran diri Ben Gvir diperkirakan akan mengguncang stabilitas koalisi.
Tak hanya di ranah politik, tekanan juga terjadi di tubuh militer “Israel”. Kepala Staf Militer, Herzi Halevi, mengumumkan pengunduran dirinya pada Selasa. Pengunduran diri ini memulai serangkaian langkah serupa di kalangan pejabat militer “Israel”, yang disebut sebagai respons atas kegagalan besar pada 7 Oktober 2023. Halevi akan secara resmi meninggalkan jabatannya pada 6 Maret mendatang.
Sebelumnya, sejumlah pejabat lainnya juga telah mundur, termasuk Kepala Intelijen Militer “Israel”, Aharon Haliva.
(Samirmusa/arrahmah.id)