GAZA (Arrahmah.id) – “Israel” menembaki pengungsi Palestina yang mencoba pulang ke Gaza utara.
Banyak warga Palestina yang gembira namun waspada muncul dari tempat penampungan sementara pada awal jeda kemanusiaan empat hari di Gaza pada Jumat (24/11/2023) untuk memulai perjalanan panjang kembali ke rumah mereka, lapor Reuters.
Di kota selatan Khan Yunis, yang menampung ribuan keluarga pengungsi termasuk dari Gaza utara yang dibombardir dengan hebat, jalan-jalan dipenuhi orang-orang yang bergerak kembali ke rumah mereka di utara.
Ratusan orang menuju ke Gaza utara, meskipun “Israel” menjatuhkan selebaran yang memperingatkan mereka untuk tidak kembali ke daerah yang digambarkan sebagai zona perang yang berbahaya.
Israeli forces dropped leaflets on Rafah in southern Gaza, warning people not to go back to their homes in the north, which they say is an active war zone. Reports that people who are going back are being shot at. pic.twitter.com/PnThUf6PK3
— Dalia Hatuqa🪬🤌 (@DaliaHatuqa) November 24, 2023
Laki-laki, perempuan dan anak-anak membawa barang-barang mereka dalam kantong plastik, tas belanja dan ransel. Satu keluarga duduk di belakang gerobak yang penuh dengan tas dan ditarik oleh seekor keledai.
Beberapa orang memandang ke langit seolah-olah ingin memastikan bahwa mereka tidak dalam bahaya serangan pesawat tempur “Israel”.
“Saya sekarang sangat senang, saya merasa nyaman,” kata Ahmad Wael sambil berjalan dengan susah payah membawa kasur besar di kepalanya.
“Saya akan kembali ke rumah, hati kami tenang, apalagi ada gencatan senjata resmi selama empat hari, lebih baik daripada kembali tinggal di tenda. Saya sangat lelah duduk di sana, tanpa makanan atau air. Di sana (di rumah) kami bisa hidup, minum teh, membuat roti dengan api dan oven”.
Namun, rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan pasukan pendudukan “Israel” menembaki warga Palestina yang mencoba melakukan perjalanan kembali ke rumah mereka di Gaza utara.
Media coverage | The #Israeli occupation army fires shots at citizens as they attempt to reach northern #Gaza. pic.twitter.com/voWpL4cdV4
— Daniella Modos – Cutter -SEN (@DmodosCutter) November 24, 2023
Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan sekitar dua pertiga dari 2,3 juta penduduk Gaza adalah tunawisma, termasuk sebagian besar penduduk Kota Gaza dan separuh bagian utara wilayah kantong tersebut, yang kini berubah menjadi gurun akibat serangan “Israel”.
Khan Yunis, kota utama di selatan, juga belum terbukti aman. Banyak bangunannya kini menjadi puing-puing, hancur akibat serangan “Israel”.
“Sejujurnya merupakan perasaan yang menyenangkan bagi seseorang untuk bisa kembali ke rumah setelah sekian lama, bertemu keluarga dan orang-orang yang mereka cintai, namun kami masih ragu dan takut,” kata Souad Abou Nasirat, seorang warga Khan Yunis.
“Gencatan senjata empat hari tidaklah cukup; mereka (di utara) Gaza, semoga Tuhan memberi mereka kesabaran. Kami mengkhawatirkan mereka.”
Badan-badan PBB menyuarakan harapan bahwa gencatan senjata akan memungkinkan bantuan mengalir ke Gaza utara untuk pertama kalinya dalam beberapa pekan.
Beberapa orang tetap tinggal
Alaa Al Moubachar, yang duduk di luar Pusat Medis Khan Yunis bersama anak-anaknya, mengatakan lingkungan tempat tinggalnya di Kota Gaza telah hancur.
“Saya melihat orang-orang datang dan pergi, datang dan pergi, dan saya bersumpah jiwa saya menangis, hati saya menangis,” katanya. “Saya hanya ingin kembali, meski hanya satu jam, melihat rumah saya dan lingkungan sekitar, melihat (Kota) Gaza dan apa yang terjadi di sana.”
“Kami keluar tanpa membawa apa-apa, kami hanya mengambil beberapa pakaian musim panas. Kami (ditempatkan) di sekolah, cuacanya dingin, berangin dan hujan dan kami tidak memiliki perlengkapan musim dingin atau apa pun. Kami kelelahan secara mental. Kami mengantri ke kamar mandi, kami mengantri ke toko roti. Hidup kami menjadi sangat, sangat sulit,” ungkapnya sedih.
Beberapa warga Palestina di Khan Yunis mengatakan mereka akan menunggu hingga perang berakhir sebelum kembali ke rumah.
“Bahkan jika saya kembali ke rumah, saya khawatir (akan) pergi dan akan terjadi serangan lagi di daerah tersebut dan saya (akan) mati. Saya hanya akan kembali ke sana setelah perang selesai,” kata Ahmad Kabalan (80) yang rumahnya berada di sebelah timur Khan Yunis.
“Saya tidak percaya apa yang dijanjikan “Israel”, saya tidak percaya pada janji-janji itu, bahkan untuk satu jam pun. Bagaimana jika terjadi penembakan artileri? Saya tidak percaya pada gencatan senjata ini. Allah tahu apa yang akan terjadi, apakah kami akan hidup atau mati.” (zarahamala/arrahmah.id)