TEL AVIV (Arrahmah.id) — Televisi Israel pada hari Rabu (22/5/2024) menyiarkan rekaman video yang sebelumnya dirahasiakan mengenai lima tentara wanita yang ditangkap kelompok perlawanan Palestina Hamas dalam serangan 7 Oktober 2023 dan dijadikan tawanan di Gaza.
Keluarga para tawanan berharap rekaman itu akan meningkatkan tekanan pada Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu untuk menyetujui gencatan senjata dengan Hamas dan menjamin pembebasan para sandera.
Pemerintah PM Netanyahu mengaku sudah melihat video berdurasi tiga menit tersebut, berharap dukungan internasional.
“Gadis-gadis ini masih berada dalam tahanan Hamas. Tolong jangan berpaling,” kata juru bicara pemerintah Israel David Mencer kepada wartawan.
“Tonton filmnya. Dukung Israel dalam memulangkan rakyat kami,” lanjut dia, seperti dikutip Reuters (23/5/2024).
Rekaman video tersebut menunjukkan para tentara wanita Israel, semuanya tertegun dan beberapa berlumuran darah, diikat tangannya dan dimasukkan ke dalam sebuah jip.
“Saya punya teman di Palestina,” teriak salah satu tentara peserta wajib militer, Naama Levy (19), dalam bahasa Inggris.
Salah satu pria bersenjata terdengar berteriak dalam bahasa Arab: “Kamu anjing! Kami akan menginjakmu, anjing!”
Pria bersenjata lainnya berkata kepada seorang tawanan: “Kamu cantik.”
Forum Keluarga Sandera, organisasi yang mewakili keluarga dari 124 orang—sebagian besar warga sipil—yang masih ditawan oleh Hamas, mengatakan bahwa rekaman video tersebut diambil dari kamera tubuh yang dikenakan oleh pria bersenjata yang menyerang pangkalan Nahal Oz di Israel selatan di mana para wanita tersebut bertugas sebagai pengintai.
Menurut organisasi itu, tembakan terhadap tentara Israel tidak disertakan dalam rekaman video dan publikasinya disetujui oleh keluarga lima tawanan.
“Pemerintah Israel tidak boleh menyia-nyiakan waktu; mereka harus kembali ke meja perundingan hari ini!” kata Forum Keluarga Sandera.
Israel mengatakan 1.200 orang tewas dan lebih dari 250 orang diculik dalam serangan 7 Oktober yang dipimpin oleh Hamas.
Israel menanggapinya dengan melancarkan perang besar untuk melenyapkan kelompok perlawanan Palestina tersebut.
Menurut otoritas kesehatan Gaza, lebih dari 35.000 warga Palestina telah terbunuh oleh invasi brutal Israel.
Militer Israel mengatakan 286 tentara Israel juga tewas. Pemerintahan Netanyahu mengatakan tekanan militer yang terus berlanjut akan memaksa Hamas untuk menyerah.
Keluarga sandera khawatir orang yang mereka cintai tidak akan selamat dan para perempuan yang disandera mungkin akan diperkosa.
Hamas membantah tuduhan pelecehan seksual yang dituduhkan terhadap anggotanya.
“Jadi tolong, lakukan apa pun yang Anda bisa, untuk membawa mereka pulang,” kata Orly Gilboa, yang putrinya; Daniela, disandera, kepada Reuters.
“Mereka menderita di sana setiap menit, setiap detik. Dan setiap menit itu penting.” Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan duta besar Irlandia, Norwegia dan Spanyol, yang dipanggil untuk memprotes persiapan pemerintah mereka untuk mengakui negara Palestina, akan diperlihatkan video tersebut dalam pemutaran khusus pada hari Kamis. (hanoum/arrahmah.id)