YERUSALEM (Arrahmah.com) – Polisi ‘Israel’ mengatakan Minggu (30/6/2019) bahwa mereka telah menahan dan menginterogasi seorang menteri Palestina untuk urusan Yerusalem, sementara sumber yang dekat dengan pejabat itu mengatakan dia ditangkap di rumahnya.
Menteri Palestina untuk urusan Yerusalem, Fadi Al-Hadami, ditahan dan diinterogasi karena “kegiatan di Yerusalem,” klaim juru bicara kepolisian ‘Israel’ Micky Rosenfeld kepada AFP.
Penangkapan Hadami kemungkinan besar karena kegiatan baru-baru ini yang termasuk menemani presiden Chili selama kunjungan ke kompleks masjid Al-Aqsa di Yerusalem, sumber yang dekat dengan menteri mengatakan kepada AFP.
Pada Selasa (25/6), Hadami terlihat bersama Presiden Chili Sebastian Pinera dalam tur ke situs suci, yang membuat ‘Israel’ marah dan menyatakan tindakan itu merupakan pelanggaran peraturan dan pelanggaran pemahaman yang dicapai dengan Santiago untuk kunjungan kepala negara.
Status Al-Aqsa, yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount dan terletak di atas Tembok Barat, adalah salah satu masalah paling sensitif dalam konflik ‘Israel’-Palestina.
Situs ini adalah situs paling suci di Yudaisme dan yang paling suci bagi Muslim setelah Makkah dan Madinah, dikelola oleh Wakaf Muslim tetapi diamankan oleh polisi ‘Israel’.
Chili kemudian mengatakan kunjungan Pinera bersifat pribadi, dengan kehadiran Hadami bukan bagian dari protokol resmi.
Penangkapan itu terjadi setelah berhari-hari kerusuhan hebat di Yerusalem.
Sabtu malam (29/6), polisi ‘Israel’ “terus menangani kerusuhan dan gangguan di sejumlah lingkungan ketika batu dilemparkan ke petugas dan kembang api menembaki mereka,” kata Rosenfeld dalam sebuah pernyataan.
Dua petugas terluka dan enam tersangka ditangkap, lanjut Rosenfeld.
Kerusuhan berlanjut setelah penembakan seorang warga Palestina berusia 20 tahun di lingkungan Issawiya di Yerusalem timur oleh polisi Zionis, setelah ia diduga melemparkan kembang api ke arah mereka.
Pria muda itu, yang diidentifikasi sebagai Mohammed Obeid, meninggal karena lukanya, menurut kementerian kesehatan Palestina.
‘Israel’ menduduki Yerusalem timur dan Tepi Barat dalam Perang Enam Hari 1967. Penjajah itu kemudian mencaplok Yerusalem timur dalam suatu langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
‘Israel’ melihat semua Yerusalem sebagai ibukotanya yang tidak terbagi, sedangkan Palestina melihat Yerusalem timur sebagai ibukota negara mereka di masa depan. (Althaf/arrahmah.com)