GAZA (Arrahmah.id) – Tentara ‘Israel’ menyebarkan selebaran di seluruh Gaza pada Rabu malam (19/3/2025), menyebarkan pesan-pesan yang mengancam seperti “peta dunia tidak akan berubah meskipun semua penduduk Gaza lenyap”, dalam ancaman genosida baru untuk memusnahkan daerah kantong itu sepenuhnya.
Selebaran berisi ancaman, yang disertai ayat-ayat Al-Quran, mengancam warga Gaza dengan pengungsian paksa “suka atau tidak” sebagai akibat dari “apa yang terjadi dan berakhirnya gencatan senjata sementara”.
Militer juga bersumpah bahwa rencana Presiden AS Donald Trump untuk wilayah itu akan “dilanjutkan” dan Gaza akan dibersihkan secara etnis dari penduduk aslinya. Lebih dari 700 orang telah tewas dalam tiga hari pengeboman ‘Israel’.
“Tidak seorang pun akan memperhatikanmu, tidak seorang pun akan bertanya tentangmu. Kau dibiarkan sendiri menghadapi nasibmu yang tak terelakkan,” demikian bunyi selebaran tersebut.
“Baik AS maupun Eropa tidak peduli dengan Gaza. Bahkan negara-negara Arab Anda tidak peduli, mereka sekarang adalah sekutu kami, mereka memberi kami uang, senjata, dan minyak. Mereka hanya mengirimi Anda kain kafan.”
Pesan tersebut menawarkan “bantuan keuangan” kepada warga Palestina sebagai imbalan atas kerja sama dengan tentara ‘Israel’. “Kami tidak akan ragu sedetik pun untuk membantu,” klaim militer, dalam pesan yang mirip dengan pesan sebelumnya yang dikirimkan ke Gaza yang memperingatkan warga Palestina agar meninggalkan daerah kantong itu.
“Tidak banyak waktu tersisa. Permainan akan segera berakhir. Siapa pun yang ingin menyelamatkan diri sebelum terlambat, kami akan tetap di sini sampai Hari Penghakiman,” tambah selebaran itu.
Koresponden New Arab di Jalur Gaza mengonfirmasi bahwa selebaran tersebut dijatuhkan di Beit Lahia, Beit Hanoun, dan wilayah timur Khan Younis .
‘Pesan kematian’ ini merupakan taktik yang sering digunakan oleh tentara ‘Israel’ di Gaza dan Tepi Barat untuk menimbulkan rasa takut di kalangan warga Palestina di tengah operasi militer dan menekan mereka untuk meninggalkan rumah mereka.
Hal ini terjadi saat ‘Israel’ memperbarui operasi daratnya di wilayah kantong yang hancur itu untuk “memperluas perimeter keamanan dan menciptakan penyangga parsial antara utara dan selatan”.
Menteri Pertahanan Israel Katz juga memberikan “peringatan terakhir” kepada warga Gaza melalui pernyataan video, yang meminta mereka untuk “mengembalikan para sandera dan menyingkirkan Hamas dari kekuasaan”, sehingga pilihan lain “akan terbuka, termasuk kemungkinan untuk pergi ke tempat lain di dunia bagi mereka yang menginginkannya”.
Ini merujuk pada usulan Trump untuk Gaza, yang berupaya melakukan pembersihan etnis di Gaza untuk memberi jalan bagi ‘pengambilalihan’ AS atas daerah kantong tersebut yang akan mengubahnya menjadi tempat peristirahatan liburan.
Langkah tersebut dikecam dan dicemooh secara global, terutama oleh warga Palestina. Trump mengatakan warga Palestina “seharusnya ingin meninggalkan” wilayah tersebut secara sukarela karena kerusakan besar yang telah dialaminya, tetapi kemudian tampaknya menarik kembali beberapa bagian dari rencana pembersihan etnis tersebut dalam sebuah konferensi pers. (zarahamala/arrahmah.id)