ALGIERS (Arrahmah.com) – Mantan tahanan dan ahli urusan tahanan Abdulnasser Farwana mengatakan bahwa otoritas pendudukan Israel (IOA) melakukan lebih dari 5.000 uji coba obat-obatan eksperimental pada tahanan Palestina tiap tahunnya.
Farwana mengatakan dalam sebuah makalah penelitian yang dipresentasikan di konferensi Aljazair untuk dukungan terhadap tahanan Palestina bahwa kementerian kesehatan Israel memberikan izin pada perusahaan obat untuk melakukan uji coba itu pada 15% tahanan.
Dia mengatakan bahwa uji coba itu menjelaskan meningkatnya jumlah tahanan yang menderita berbagai penyakit dan kemunculan penyakit aneh dan ganas di antara tahanan, yang membahayakan kesehatan mereka.
Kebanyakan tahanan Palestina menghadapi masalah kesehatan sementara 1.500 dari mereka memerlukan perawatan medis darurat termasuk puluhan yang menderita penyakit kronis dan serius, ujar peneliti itu menggarisbawahi.
Farwana mengingat bahwa Nazi adalah yang pertama melakukan eksperimen obat-obatan pada tahanan, menunjukkan kemiripan besar di antara mereka dan IOA.
Dia mencatat bahwa sekitar 3.000 tahanan Palestina (45% dari total tahanan) di penjara-penjara IOA Nafha, Raymond, dan Negev menjadi subyek uji coba massal biologis, merujuk pada kehadiran reaktor nuklir Dimona dan dampak dari limbah beracunnya.
Mantan tahanan itu menekankan pentingnya mengaktifkan keputusan WHO bulan Mei lalu yang mengecam IOA karena mengabaikan kondisi medis tahanan Palestina.
Dia kemudian menyarankan pelayanan bagi tahanan yang bebas dan memeriksa mereka secara periodik terutama ketika banyak dari mereka yang menderita penyakit setelah pembebasan mereka yang kemungkinan besar akibat uji coba obat-obatan atau efek dari penahanan.
Tahun lalu, Pusat Hak Asasi Manusia Sawasya menyatakan bahwa Israel menggunakan tahanan Palestina sebagai kelinci percobaan untuk mengetes obat-obat baru yang diproduksi oleh industri kesehatan.
Menurut Pusat Informasi Palestina, pusat HAM berbasis di Kairo itu mengutip bukti bahwa interogator Israel memberikan tahanan Zuhair Al Iskafi dan beberapa tahanan Palestina lainnya sebuah suntikan yang berakibat pada kerontokan rambut di seluruh tubuh mereka – sebuah kondisi medis yang disebut sebagai alopecia universalis.
Pusat Sawasya menyerukan organisasi-organisasi HAM dan WHO untuk mengirimkan sebuah delegasi ahli media ke Israel untuk memeriksa tahanan Palestina yang diduga menjadi subyek tes-tes itu. (sm/arrahmah.com)