RAFAH (Arrahmah.id) – Pasukan pendudukan ‘Israel’ menguasai perbatasan Rafah antara Jalur Gaza yang terkepung dan Mesir pada Selasa (7/5/2024) dan tank-tanknya didorong ke kota Rafah di Gaza selatan setelah serangan udara malam di daerah kantong Palestina, lapor Reuters.
Serangan ‘Israel’ terjadi setelah ‘Israel’ menolak perjanjian gencatan senjata yang disetujui oleh gerakan perlawanan Palestina, Hamas, pada Senin (6/5), dan bersumpah untuk melanjutkan serangannya di Rafah.
🇮🇱IDF Division 401 on the Philadelphia axis, controlling the Rafah border with Egypt.#Rafah pic.twitter.com/LgdMvVwQEv
— Kasper ⚡ (@DAILYMILITARY13) May 7, 2024
Di tengah kekhawatiran internasional atas penderitaan 1,5 juta warga sipil Palestina yang berdesakan di Rafah setelah terpaksa mengungsi dari rumah mereka di Jalur Gaza, tank dan pesawat ‘Israel’ menyerang beberapa area dan rumah di sana semalam. Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan serangan ‘Israel’ di wilayah kantong tersebut telah menewaskan 54 warga Palestina dan melukai 96 lainnya dalam 24 jam terakhir.
Warga Palestina di Rafah tinggal di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara. Banyak di antara mereka yang mencoba mengungsi lagi, mengindahkan perintah ‘Israel’ agar mereka meninggalkan wilayah tersebut, namun karena sebagian besar wilayah pesisir sudah hancur, mereka mengatakan bahwa mereka tidak mempunyai tempat yang aman untuk dituju.
Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, yang berbicara di Brussels pada Selasa (7/5), mengatakan serangan terhadap Rafah akan berakibat fatal bagi warga sipil.
“Serangan Rafah telah dimulai lagi, meskipun ada semua permintaan dari masyarakat internasional, AS, negara-negara anggota Uni Eropa, semua orang meminta [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu untuk tidak menyerang,” kata Borrell kepada wartawan.
“Saya khawatir hal ini akan menimbulkan banyak korban lagi, korban sipil,” ujarnya. “Tidak ada zona aman di Gaza.”
Sebanyak 34.789 warga Palestina, sebagian besar warga sipil, syahid sejak ‘Israel’ melancarkan kampanye pengeboman brutal di Gaza.
Penyeberangan Rafah, satu-satunya jalur penghubung Gaza ke dunia luar, ditutup kemarin (7/5) setelah tank militer ‘Israel’ mengambil alih fasilitas tersebut dan melarang truk bantuan memasuki wilayah kantong yang terkepung.
Sumber Bulan Sabit Merah di Mesir mengatakan bantuan ke Gaza telah dihentikan sepenuhnya di Rafah dan di penyeberangan Karm Abu Salem (Kerem Shalom) yang dikuasai ‘Israel’.
Amerika Serikat dan negara-negara asing lainnya telah menekan ‘Israel’ untuk tidak memulai kampanye militer di Rafah sampai negara tersebut menyusun rencana kemanusiaan bagi warga Palestina yang berlindung di sana.
“Pendudukan ‘Israel’ telah menjatuhkan hukuman mati kepada penduduk Jalur Gaza setelah penutupan perbatasan Rafah,” kata Hisham Edwan, juru bicara Otoritas Penyeberangan Perbatasan Gaza.
Keluarga-keluarga Palestina terlihat kembali berpindah-pindah, membawa anak-anak dan harta benda mereka ke dalam gerobak keledai dan truk pick-up, atau sekadar berjalan di jalanan berlumpur.
Abdullah Al-Najar mengatakan ini adalah keempat kalinya dia mengungsi sejak Oktober.
“Tuhan tahu kemana kami akan pergi sekarang. Kami belum memutuskannya,” ujarnya. (zarahamala/arrahmah.id)