GAZA (Arrahmah.com) – Seorang pasien penyakit jantung dari Jalur Gaza telah meninggal dunia setelah ia menolak tawaran “Israel” untuk memata-matai Palestina dengan imbalan akses pengobatan.
Ahmad (17) yang lahir dengan cacat jantung bawaan, telah menjalani sejumlah operasi. Dia secara teratur melakukan perjalanan dari Jalur Gaza ke Tepi Barat untuk menerima pengobatan dan menjalani 18 operasi di rumah sakit “Israel”, lansir MEMO pada Selasa (14/2/2017).
Operasi untuk memiliki katup jantung, ditunda beberapa kali sampai akhirnya ia diminta untuk bertemu seorang petinggi intelijen “Israel” di persimpangan Erez, satu-satunya pintu perbatasan yang terbuka untuk warga Gaza yang ingin masuk ke wilayah pendudukan di Tepi Barat.
Dalam pertemuan tersebut, Ahmad secara eksplisit diberitahu bahwa ia akan mendapatkan operasi, namun ia harus bekerja sama dengan aparat keamanan “Israel” dan menjadi mata-mata untuk “Israel”.
Menurut ayah Ahmad, Hassan Shubeir, petugas intelijen “Israel” mengatakan kepada Ahmad bahwa jika ia ingin membantu dengan memberikan lokasi spesifik di Gaza, maka ia akan dikirim ke sebuah rumah sakit “Israel” untuk pertukaran informasi. Ahmad menolaknya.
Petugas “Israel” mengatakan kepadanya bahwa jika dia tidak memberikan informasi yang diinginkan, maka ia tidak akan diizinkan untuk menyeberangi perbatasan.
Ahmad memilih untuk tinggal di Gaza bahkan jika itu berarti ia telah menandatangani surat kematiannya sendiri.
Kondisi Ahmad terus memburuk dan ia meninggal dunia bulan lalu. (haninmazaya/arrahmah.com)