GAZA (Arrahmah.com) – Sebuah permainan ponsel yang mengajak pemain untuk berperan sebagai militer “Israel” dan menjatuhkan bom ke Gaza telah hadir di Google app storeyang kemudian menuai kemarahan publik. Tujuan dari permainan ini adalah bagaimana pemain game ini berupaya untuk “menjatuhkan bom dan menghindari membunuh warga sipil,“. Permainan ini sangat tidak tepat mengingat bom-bom yang dijatuhkan tentara “Israel” secara sengaja menargetkan rumah sakit dan sekolah PBB yang merupakan tempat penampungan pengungsi Palestina.
Pada hari yang sama, 12 aktivis pro Palestina menutup pintu pabrik senjata di Shenstone, Staffordshire dan naik ke atas atap. Mereka menduduki bangunan tersebut dengan tujuan untuk menutupnya. Mesin Drone yang dibuat di pabrik ini – UAV Engines Limited, yang dimiliki oleh Perusahaan Inggris Elbit Systems – telah diekspor ke “Israel” pada tahun 2010, 2011 dan 2012. Pemerintah Inggris telah menanggapi protes tersebut dengan melakukan peninjauan kembali terhadap penjualan senjata senilai £ 8 milyar kepada “Israel”.
Aksi-aksi tesebut bisa jadi hanyalah kemenangan kecil dalam perang besar ini, tetapi bagaimanapun juga, aksi-aksi itu menunjukkah bahwa betapa citra “Israel” telah mulai hancur dimata publik. Selama musim semi Arab, media sosial telah memainkan peran penting dalam memberikan pembelaan terhadap mereka yang barangkali sebelumnya tidak dihiraukan, dan memberikan wawasan terhadap peristiwa baku di lapangan. Dengan cara yang sama Facebook, Twitter, YouTube dan Instagram telah menyebarkan gambar tanpa filter dari teror dan kesedihan perang “Israel ” terhadap warga sipil di Gaza.
Suatu peristiwa yang mengejutkan dunia terjadi ketika tentara “Israel” menembaki sebuah pantai di Gaza dan menewaskan empat anak laki-laki yang berusia antara 7 dan sebelas tahun saat mereka bermain. Acara ini disaksikan dan dilaporkan oleh banyak wartawan. Ayman Mohyeldin, koresponden asing untuk berita NBC, memposting video yang menyedihkan di Facebook tentang seorang ibu yang sedang mencari anaknya, dan ibu itu tidak mengetahui apa yang telah terjadi.
Sangat menyedihkan, dan ada banyak lagi video-video menyedihkan lainnya yang seperti itu. Pada awal Agustus, seorang presenter TV menangis saat siaran langsung setelah seorang anak muda di Gaza mengunggah video dirinya yang sedang membaca puisi, “Kami di Gaza baik-baik saja, katakan padaku bagaimana kabar Anda? Kami memerangi musuh kami dari belakang dan dari atas, kami memiliki segalanya. Terima kasih atas dukungan kalian, kami di Gaza baik-baik saja.” Anak muda itu kemudian tewas 45 menit kemudian.
Pada 22 Juli, Osama Damo, seorang relawan dari Save the Children di Gaza, mengatakan kepada Telegraph bahwa operasi yang sedang berlangsung di Gaza merupakan perang terhadap anak-anak. Pekan lalu juru bicara PBB Chris Gunness menangis pada akhir wawancara dengan Al-Jazeera; “Israel” baru saja menyerang sebuah sekolah PBB yang merupakan tempat berlindung bagi 3.300 warga Palestina. Serangan itu menyebabkan 16 staf dan pengungsi tewas.
Gambaran yang menyedihkan tentang anak-anak Gaza korban agresi “Israel” telah tersebar di media dan merasuk ke jiwa msyarakat. Dari 1.800 orang Palestina yang tewas, 400 adalah anak-anak. Dari 67 warga “Israel” yang tewas, hanya tiga diantara mereka yang rakyat sipil. Jumlah besar kematian warga sipil di Gaza yang sengaja menjadi target “Israel” telah menghasilkan serbuan simpati terhadap Palestina, tercermin dalam protes yang terjadi di seluruh dunia. Dari Peru sampai Jepang, ribuan orang turun ke jalan-jalan untuk menentang agresi “Israel” di Gaza.
Itu adalah perang yang mengakibatkan banyak anak-anak meninggal, khususnya jika dibandingkan dengan jumlah tentara “Israel” yang telah tewas dalam operasi militer “Israel” dalam delapan tahun terakhir. Di titik manakah pemerintah “Israel” pada akhirnya akan mengatakan, “cukup! kita telah membunuh terlalu banyak anak-anak yang tidak bersalah?“
Tindakan brutalnya ini telah menjadi bumerang bagi “Israel”. Sekarang “Israel” tidak mungkin lagi bisa membela diri dan bersembunyi di balik kata-kata ,“Kami tidak ingin melihat warga sipil tak berdosa terjebak dalam baku tembak antara kami dan Hamas,” yang terdengar semakin munafik.
Berkat kerja jurnalis, keberanian warga Palestina dan penggunaan media sosial, kekejaman tak terkira dari “Israel” yang dilakukan di Gaza telah membangkitkan hati nurani dunia dengan cara yang belum pernah disaksikan sejak protes anti–perang tahun 2003. Kini, dunia tidak lagi mau dibohongi oleh propaganda “Israel”, dan “Israel” patut terkejut dengan kondisi ini.
(ameera/arrahmah.com)