JERUSALEM (Arrahmah.com) – Israel mengandalkan tentara Mesir untuk menekan militan Islam di Sinai dan untuk menjamin stabilitas negara itu setelah pemecatan Muhammad Mursi sebagai presiden, media Israel dan politisi mengatakan, dikutip oleh AFP dan koran Mesir Al-Ahram pada Jum’at (5/7/2013).
Menteri dalam kabinet Israel sejauh ini memesan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk bersikap diam atas peristiwa kudeta militer di Mesir.
Tapi MP Tzahi Hanegbi, yang dekat dengan Netanyahu, menyambut gembira penyingkiran Mursi, presiden pertama yang terpilih secara demokratis di Mesir yang berasal dari Ikhwanul Muslimin.
“Kepentingan yang jelas bagi Israel adalah Mesir tetap stabil, yang memihak Barat dan Amerika Serikat, dan bahwa ia tidak membiarkan dirinya terbawa oleh gelombang ekstremisme religius,” kata Hanegbi, mantan kepala Knesset (Parlemen Israel) komisi pertahanan dan urusan luar negeri.
“Selama tahun Mursi dalam kekuasaan, kami melihat perkembangan yang mengkhawatirkan, dan itulah sebabnya kembali ke keunggulan tentara dan otoritas sekuler mampu menjamin stabilitas negara adalah berita baik bagi Israel,” tambahnya.
Mantan duta besar Israel untuk Mesir, Yitzhak Levanon, juga menekankan peran positif dari tentara di Mesir.
“Pihak berwenang Mesir menyadari kepekaan Israel terhadap segala sesuatu yang terjadi di Sinai, dan sekarang tentara Mesir terasa sedikit lebih bebas untuk bertindak tegas terhadap unsur-unsur Islam,” jelasnya.
Harian Israel, Yediot Aharonot mengatakan bahwa “kerjasama keamanan” antara kedua negara telah ditingkatkan dalam beberapa hari terakhir.
Surat kabar itu melaporkan bahwa hanya beberapa jam setelah penggulingan Mursi, sebuah “perwakilan resmi Israel diam-diam tiba di Kairo untuk bertemu dengan keamanan Mesir dan para pejabat intelijen” tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
“Link Keamanan sudah berjalan baik selama periode Mursi, dan mulai sekarang harus lebih baik lagi,” tulis Yediot Aharonot.
Militer Israel mengatakan Selasa (2/7/2013) bahwa pihaknya telah secara “resmi” mengizinkan penyebaran bala bantuan militer Mesir di Sinai.
“Kegiatan militer Mesir di Sinai dikoordinasikan dengan unsur keamanan Israel dan berwenang pada tingkat paling senior di Israel, dalam rangka untuk bersaing dengan ancaman keamanan di Sinai yang menimbulkan ancaman bagi Israel dan Mesir,” kata militer dalam pernyataan resminya.
Seorang analis televisi publik, Udi Segal, mengatakan bahwa tentara Mesir “dalam posisi yang kuat” harus terus mengejar kebijakan bermusuhan dengan penguasa Hamas dari Jalur Gaza dengan menghalangi banyak terowongan antara Gaza dan Mesir “untuk mencegah militan Islam Palestina dari infiltrasi Mesir”.
Semenanjung Sinai merupakan salah satu wilayah pergerakan kelompok jihad Jama’ah Ansharu Baitil Maqdis. Sejak lengsernya diktator sekuler boneka Barat, Husni Mubarak, kelompok jihad ini telah melakukan 16 kali operasi pengeboman terhadap jalur pipa gas dari Mesir ke Israel. Serangan-serangan itu menggoyahkan perekonomian dan industri penjajah zionis Israel. (muhibalmajdi/arrahmah.com)