TEL AVIV (Arrahmah.id) — Perwira dan tentara Israel mengakui bahwa sebagian besar korban jiwa yang dikategorikan “teroris” oleh militer penjajah selama perang di Jalur Gaza sebenarnya adalah warga sipil. Demikian menurut sebuah laporan.
Dilansir Haaretz (2/4/2024), laporan itu dikumpulkan berdasarkan kesaksian dari para perwira dan tentara yang bertempur di Gaza selama perang yang berlangsung sejak 7 Oktober 2023.
”Militer Israel mengatakan 9.000 ‘teroris’ telah terbunuh sejak perang Gaza dimulai,” menurut laporan itu.Namun, para perwira dan tentara penjajah zionis Israel mengatakan kepada Haaretz bahwa seringkali mereka adalah warga sipil. Satu-satunya kesalahan mereka adalah melintasi garis tak kasat mata yang dibuat oleh tentara Israel.”
“Kami secara jelas diberitahu bahwa meskipun seorang tersangka berlari ke dalam sebuah gedung yang berisi orang-orang di dalamnya, kami harus menembaki gedung tersebut dan membunuh teroris tersebut, bahkan jika orang lain terluka,” kata seorang tentara kepada surat kabar tersebut.
Menurut kesaksian para perwira dan tentara, militer Israel menembaki setiap orang yang memasuki ‘zona pembunuhan’ yang telah ditetapkan, baik warga bersenjata maupun warga sipil.
Seorang perwira cadangan mengatakan bahwa dalam praktiknya, teroris adalah siapa pun yang dibunuh oleh tentara di wilayah di mana pasukannya beroperasi.
”Mereka bertanya berapa banyak, dan saya memberi angka berdasarkan apa yang kami lihat dan ketahui di lapangan, dan kemudian kami bergerak maju. Bukan kami yang menciptakan mayat, tapi tidak ada yang bisa menentukan dengan pasti siapa teroris dan siapa yang ditembak setelah memasuki zona tempur pasukan Israel,” tambahnya.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menghadapi kritikan di dalam Israel karena gagal mencapai tujuan dari perang Gaza. Terutama membasmi kelompok Palestina Hamas dan mengembalikan warga Israel yang disandera. (hanoum/arrahmah.id)