TEPI BARAT (Arrahmah.com) – “Israel” pada Selasa (19/5) meluncurkan program uji coba di bawah perintah dari Menteri Pertahanan Moshe Ya’alon untuk memisahkan bis perjalanan untuk orang “Israel” dan Palestina di Tepi Barat.
Sekarang, pekerja Palestina akan kembali dari “Israel” ke Tepi Barat melalui pos pemeriksaan yang sama saat mereka berangkat dan tidak akan diizinkan untuk naik jalur bis “Israel”.
Menurut sebuah laporan di Haaretz, sampai sekarang, pekerja Palestina yang memasuki “Israel” memiliki hak untuk kembali ke wilayah melalui pos pemeriksaan yang mereka pilih.
Di “Israel” pusat, ribuan pekerja yang menyeberang ke “Israel” melalui pos pemeriksaan Eyal biasanya kembali ke rumah mereka dengan bus perusahaan angkutan Afik pada rute 5 “Israel” menuju ke pemukiman Ariel di Tepi Barat.
Di bawah program uji coba ini, para pekerja harus kembali ke pos pemeriksaan Eyal dan kemudian melakukan perjalanan dengan bis Palestina menuju ke rumah mereka. Ini berarti bahwa bahkan orang Palestina yang tinggal dekat dengan Route 5 dan bekerja di “Israel” perlu melakukan perjalanan ke utara menuju pos pemeriksaan Eyal. Perjalanan ini bisa memakan waktu hingga dua jam lebih lama dari sebelumnya.
Rencana yang dicanangkan Oktober lalu ini menuai kritik, namun Menteri Pertahanan Moshe Ya’alon mengatakan, “Anda tidak perlu menjadi seorang ahli keamanan untuk menyadari bahwa 20 orang Arab di dalam bis dengan seorang sopir Yahudi dan dua atau tiga penumpang dan seorang tentara dengan pistol adalah sebuah persiapan untuk sebuah serangan.”
Banyak kritikus yang menganggap ini kebijakan yang salah arah. Mereka bahkan menyamakan larangan ini sebagai bentuk apartheid baru.
Sebelum aturan kontroversial baru tersebut berlaku, pada Selasa (19/5), Utusan PBB untuk Timur Tengah telah memperingatkan bahwa banyak warga di Jalur Gaza sudah putus asa dan marah dengan nasib mereka. Nickolay Mladenov menjelaskan betapa hancurnya warga Gaza pasca perang Gaza.
(ameera/arrahmah.com)