TEL AVIV (Arrahmah.id) — Pengunjuk rasa Israel memblokir bandara dan jalan jalan raya utama menuju Yerusalem, Haifa, dan Tel Aviv, dalam demonstrasi yang diadakan di seluruh negeri pada Selasa (11/7/2023), untuk menentang rencana perombakan peradilan.
Demonstrasi terjadi pada pagi hari, sebagai respon atas koalisi parlemen Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang telah memberikan persetujuan awal untuk RUU yang dapat membatasi beberapa kewenangan Mahkamah Agung itu,
Rencana tersebut telah memicu protes yang meluas selama berbulan-bulan oleh para penentang yang mengatakan langkah tersebut mendorong negara menuju pemerintahan otoriter.
Aktivis anti-perombakan menyerukan demonstrasi massal nasional sepanjang hari, termasuk protes di bandara internasional utama Israel yang dapat mengganggu perjalanan.
Sebagian besar masyarakat Israel, termasuk perwira militer cadangan, pemimpin bisnis, anggota kelompok minoritas, dan beberapa kelompok lainnya telah bergabung dalam protes tersebut, dengan membawa spanduk bertuliskan “Bersama kita akan menang”.
Sementara Kepala Serikat Pekerja Nasional Histadrut, Arnon Bar-David, telah mengeluarkan ancamannya untuk melakukan pemogokan umum yang dapat melumpuhkan perekonomian negara.
“Jika situasinya mencapai ekstrem, kami akan campur tangan dan menggunakan kekuatan kami,” kata Bar-David, seraya menyerukan Netanyahu untuk menghentikan kekacauan.
Dalam menghadapi puluhan ribu pengunjuk rasa tersebut, polisi dikabarkan menggunakan meriam air untuk mengusir para demonstran yang memblokir arteri utama menuju Yerusalem.
Dilansir NBC News (11/7), petugas juga dilaporkan telah menangkap 42 orang lainnya yang dianggap sebagai gangguan publik selama aksi protes.
Kritik terhadap perombakan yudisial terus meluas, dengan para demonstran berpendapat bahwa langkah itu akan mengganggu sistem check and balance negara yang rapuh, yang semakin memusatkan kekuasaan di tangan Netanyahu dan sekutunya. (hanoum/arrahmah.id)