JERUSALEM (Arrahmah.com) – Menteri Pertahanan Israel Ehud Barak memperluas larangan sanak keluarga menjenguk tahanan Hamas di penjara Israel.
Larangan itu untuk menekan Hamas agar bersedia membebaskan Gilad Shalit, tentara Israel yang disandera pejuang Palestina. Dalam suratnya ke Jaksa Agung, Barak memintanya meninjau aspek hukum untuk melarang keluarga tahanan Hamas dari Tepi Barat menjenguk saudaranya yang dipenjara Israel. “Harapannya, semua kemungkinan telah kita lakukan untuk membebaskan Gilad Shalit,” ungkapnya.
Israel sebelumnya melarang kunjungan keluarga tahanan Hamas dari Jalur Gaza. Hal itu dilakukan setelah penutupan perbatasan Gaza karena Hamas mengambil alih wilayah tersebut dari faksi Fatah pendukung Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada 2007. Pasukan Israel sering menangkap pejuang Gaza, termasuk anggota Hamas. Dengan demikian, Israel dapat melakukan pertukaran tahanan jika ada prajuritnya yang ditahan. Hamas menyatakan, jika Israel menginginkan pembebasan Gilad Shalit, ratusan tahanan Palestina harus dibebaskan.
Dalam surat itu, Barak menganggap permintaan Hamas sebagai bentuk pemerasan. Barak juga menuding permintaan itu sebagai syarat dalam negosiasi tidak langsung yang dimediasi Mesir. Hingga saat ini, sekitar 11.000 warga Palestina menjadi tahanan Israel. Pembebasan tahanan itu merupakan isu sensitif bagi warga Palestina. (Hanin Mazaya/sindo)