GAZA (Arrahmah.id) – Komandan senior sayap militer Hamas, Marwan Issa tewas dalam serangan “Israel” awal bulan ini, kata juru bicara militer “Israel”, Daniel Hagari.
“Kami telah memeriksa semua informasi intelijen,” kata Hagari dalam pernyataan yang disiarkan televisi pada Selasa malam (26/3/2024).
“Marwan Issa tersingkir dalam aksi yang kami lakukan sekitar dua pekan lalu,” ujarnya.
Militer “Israel” sebelumnya mengatakan mereka telah menargetkan Issa dalam serangan udara di kompleks bawah tanah di Gaza tengah pada 9-10 Maret.
Issa adalah wakil Mohammed Deif, pemimpin lama sayap militer Hamas, Brigade Al-Qassam. Deif diyakini masih hidup dan bersembunyi di Gaza, dan “Israel” telah bersumpah untuk membunuh mereka.
Klaim “Israel” ini muncul sehari setelah Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi yang menuntut gencatan senjata segera di Gaza, dan di tengah meningkatnya seruan agar “Israel” menghentikan serangannya yang sudah berlangsung hampir enam bulan di wilayah kantong yang terkepung tersebut, yang menurut para pejabat kesehatan Palestina telah menewaskan lebih dari 32.000 orang.
Sementara itu, anggota biro politik Hamas, Izzat al-Rishq, mengatakan, “Tidak ada yang dapat dipercaya dari cerita pendudukan tentang pembunuhan saudara kami, pemimpin para Mujahid, Marwan Issa. Keputusan akhir adalah tanggung jawab kepemimpinan Brigade Al-Qassam.”
Al-Rishq menekankan – dalam pernyataan pers – bahwa pengumuman pembunuhan Marwan Issa hanyalah untuk menutupi krisis yang dihadapi Netanyahu dan kegagalan tentara pendudukan untuk mencapai tujuannya.
Jika klaim “Israel” benar, Issa akan menjadi pemimpin tertinggi Hamas yang terbunuh di Gaza sejak dimulainya serangan “Israel” pada Oktober.
“Israel” telah membunuh beberapa pemimpin senior Hamas selama bertahun-tahun, dan mereka segera digantikan, dengan dampak yang kecil terhadap operasi kelompok tersebut.
Analis politik senior Al Jazeera Marwan Bishara mengatakan setiap kali “Israel” “menyatakan kemenangan dengan membunuh seorang pemimpin Hamas, puluhan orang mengambil alih posisinya”.
“Gagasan menyatakan kemenangan karena satu atau dua, atau beberapa pemimpin Hamas terbunuh, terbukti hanya sekedar kedok,” kata Bishara.
“Membunuh para pemimpin ini mungkin dianggap sebagai kemenangan taktis atau strategis. Namun pada akhirnya, Hamas telah terbukti mampu menghasilkan lebih banyak pemimpin,” tambahnya. (zarahamala/arrahmah.id)