TEPI BARAT (Arrahmah.id) — Militer Israel mengklaim pasukannya telah membunuh seorang tokoh perlawanan Palestina dalam serangan udara di Tepi Barat pada Rabu (17/1/2024) pagi waktu setempat. Hal itu, sebut Tel Aviv, demi mencegah “serangan teroris” yang direncanakan tokoh itu.
Dilansir AFP (17/1), militer Israel mengidentifikasi tokoh yang tewas dalam serangannya itu sebagai Ahmed Abdullah Abu Shalal, Komandan Brigade Martir Al Aqsa. Diklaim oleh militer Israel bahwa Abu Shalal bertanggung jawab atas “sejumlah serangan teroris” selama setahun terakhir, salah satunya serangan di wilayah Yerusalem Timur.
“Dia disingkirkan dalam serangan udara yang presisi,” sebut militer Israel dalam pernyataannya, sembari merilis video yang menunjukkan momen serangan terhadap sebuah kendaraan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Ramallah, Tepi Barat, melaporkan bahwa sesosok jenazah “martir tak teridentifikasi yang dibunuh oleh pendudukan (Israel) dalam pengeboman sebuah kendaraan” telah diterima di sebuah rumah sakit di Nablus.
Militer Israel, dalam pernyataannya, menyebut Abu Shalal terbunuh setelah Tel Aviv mendapat informasi intelijen soal “niat selnya untuk melancarkan serangan teroris dalam waktu dekat”.
Tidak ada informasi lebih detail yang disampaikan oleh militer Israel. Hanya disebutkan bahwa Abu Shalal bertanggung jawab atas penembakan di area Shimon HaTzadik di Yerusalem Timur pada April tahun lalu, yang memicu dua korban luka.
Abu Shalal, menurut militer Israel, juga bertanggung jawab atas serangan bom terhadap pasukan Israel pada Oktober tahun lalu, yang membuat seorang tentara luka-luka. Tidak disebut lebih lanjut lokasi serangan tersebut.
“Di bawah kepemimpinan Abdullah, infrastruktur teroris di kamp (pengungsi) Balata di Nablus telah menerima pendanaan dan bimbingan dari sumber-sumber Iran,” sebut militer Israel dalam pernyataannya.
Sejak perang berkecamuk antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza pada 7 Oktober tahun lalu, wilayah Tepi Barat juga turut mengalami peningkatan tindak kekerasan yang levelnya belum pernah terjadi sejak intifada kedua antara tahun 2000-2005 lalu.
Operasi militer Israel dan rentetan serangan oleh para pemukim Yahudi, menurut penghitungan AFP berdasarkan sumber kedua pihak, telah menewaskan sedikitnya 350 orang di Tepi Barat sejak peningkatan kekerasan terjadi. (hanoum/arrahmah.id)