TEL AVIV (Arrahmah.com) – Departemen robotik di dalam tubuh korps perbekalan perang tentara pertahanan Israel baru-baru ini mengembangkan sebuah purwarupa robot yang dapat menyemburkan gas air mata dan memungkinkan pasukan Israel untuk melumpuhkan musuh dalam serangan.
Dalam beberapa tahun terakhir, departemen robotik telah menjadi semacam “rumah sakit” bagi robot-robot yang dipergunakan oleh unit elit militer dalam operasi militer dan pada saat melacak bahan peledak dan memasuki bangunan yang dicurigai berbahaya.
Kami mendapatkan robot, merawat dan memperbaiki robot-robot tersebut kemudian mengirimkan kembali ke unit masing-masing,” kata sersan mayor Roee Arbalani, kepala unit robot IDF.
Tim tersebut, yang tengah berupaya untuk meningkatkan kemampuan robot-robot yang dimilikinya, baru-baru ini memutuskan untuk melengkapi pasukan robotnya dengan lengan robot yang dikendalikan oleh remote dan dapat menyemburkan gas air mata.
“Pengembangan robot ini merupakan sebuah permintaan khusus dari pasukan (Israel). Kami yang merencanakan dan merancangnya, berkonsultasi kepada para pakar dan membangun purwarupa robot yang kemudian akan dipasangkan kepada seluruh unit robot yang ada,” kata Arbalani.
Inovasi tersebut dimaksudkan untuk meningkatkan kemampuan pasukan Israel dalam menjalankan operasi militer di wilayah padat penduduk, khususnya ketika menggeledah para “tersangka” musuh Israel. Robot tersebut tentunya akan dipergunakan untuk menyerang dan menciptakan teror bagi warga Palestina, namun pihak IDF buru-buru menekankan bahwa teknologi baru tersebut tidak akan disalahgunakan untuk menciptakan kekacauan. Beberapa waktu lalu Israel juga mengembangkan sebuah teknologi berupa darah instan yang digunakan oleh tentara Israel yang kehabisan darah di medan perang.
Di dalam tubuh IDF, para insinyur perang diorganisir di bawah korps insinyur Israel sebagai tambahan kekuatan dari tim penjinak ranjau IDF. Setiap brigade infantri memiliki korps insinyur (IEC) yang paham mengenai pengetahuan dasar ilmu teknik dan kemampuan yang memadai. Tim penjinak ranjau seringkali diberangkatkan bersama unit pasukan lainnya (misalnya divisi lapis baja atau infantri) untuk membantu pasukan Israel dalam menembus rintangan dan menangani segala bentuk bahan peledak. Unit insinyur Israel mengoperasikan peralatan tercanggih seperti buldoser lapis baja, helikopter Puma milik IDF, robot dan pendeteksi ranjau elektromagnetik. Tujuan utamanya adalah untuk memungkinkan pasukan Israel agar dapat melangkah maju, menghentikan pergerakan musuh Israel lalu, menangani bahan peledak, dan melaksanakan pembangunan dan penghancuran di bawah nyala api. Korps insinyur Israel juga bertanggungjawab untuk menanghambat beredarnya perlengkapan perang (Misalnya mempertahankan pasukan dari serangan senjata non-konvensional dan menyapu area-area yang diduga sebagai sarang musuh Israel).
IEC memiliki sebuah unit khusus, unit tersebut dinamai Yahalom (kata dalam bahasa Ibrani yang artinya permata, namun juga merupakan kepanjangan dari unit insinyur untuk operasi militer khusus) yang menangani masalah penjinakan bom dan bahan peledak, komando pasukan, hal-hal teknis, teknologi robot yang canggih, terowongan perang, pelanggaran maritim, dan mengantisipasi serangan lainnya.
Motto dari korps tersebut adalah “Rishonim Tamid”, yang artinya “Selalu menjadi yang pertama.”
Rumah Sakit robot
Sebuah robot hitam yang menjalankan operasi militer di Tepi Barat terbaring di atas meja selama beberapa minggu. Komponen elektroniknya terputus, dan panel perintahnya terbakar sehingga tidak dapat dikendalikan manusia. Ilanit Finkelstein, petugas yang diberi tugas untuk menangani departemen elektronika merasa kesulitan untuk memperbaiki sebuah robot yang dibawa kepadanya dalam keadaan rusak parah.
“Kami menunggu datangnya komponen pengganti dari pabrikannya di AS,” katanya. “Kami akan melakukan sejumlah eksperimen dengan terbatasnya kondisi laboratorium, setelah itu, kami baru akan menyerahkan robot tersebut kembali kepada unit pasukan yang mengoperasikannya.”
Armada robot IDF kini berjumlah puluhan, rata-rata dipergunakan di Tepi Barat dan Gaza. Tujuan utamanya adalah untuk meminimalkan cedera yang diderita oleh para serdadu lapangan Israel ketika memeriksa bangunan dan terowongan. Robot-robot yang tingginya kurang dari satu meter, dapat menaiki anak tangga dengan cepat, memotret objek di hadapannya kemudian mengirimkan gambar tersebut kepada pusat komando. Dengan perintah yang datang dari lokasi yang berjauhan, robot-robot tersebut juga mampu melepaskan tembakan kepada lawan.
Robot yang mengalami kerusakan kemudian dibawa ke “rumah sakit robot” sebuah bengkel perbaikan dari komando pusat yang terletak di Lachish. Dalam satu minggu, rata-rata tiga buah robot yang rusak dibawa ke bengkel tersebut. Hanya tiga orang prajurit yang mengetahui dan memiliki sertifikat untuk memperbaiki robot.
Perbaikan robot tidak selalu dilakukan di bengkel. “Terkadang, kami dikirim ke medan pertempuran untuk mengatasi kendala teknis dalam mengoperasikan robot di tengah berlangsungnya operasi militer,” kata Finkelstein.
Beberapa waktu yang lalu, IDF menyatakan bahwa mereka berhasil mengembangkan robot mata-mata terbaru yang dapat merayap, memanjat, bahkan berdiri tegak agar mendapatkan sudut pandang yang lebih baik.
Uniknya, gadget tersebut menyerupai bentuk ular, dan diklaim mampu merekam gambar dan suara dengan sangat jelas di medan tempur, menurut seorang sumber IDF. (suaramedia/arrahmah.com)