GAZA (Arrahmah.id) – Pakar militer, Mayor Jenderal Fayez Al-Duwairi, mengungkapkan bahwa Brigade Al-Qassam, sayap militer dari Hamas, telah melancarkan serangan kedua di lokasi yang sama dengan jebakan “Breaking the Sword”. Serangan ini terjadi di area yang disebut sebagai wilayah “pasukan terbuka” di zona keamanan yang dibatasi.
Dalam wawancaranya dengan Al Jazeera, Duwairi menjelaskan bahwa strategi Al-Qassam memang lebih memilih menyerang pasukan terbuka dibandingkan pasukan yang siaga di garis depan. Pasukan terbuka ini biasanya berada di wilayah belakang, lebih santai, dan tidak setinggi kesiagaannya dibanding mereka yang berada tepat di garis konflik.
Menurut analisis militernya, setelah jebakan “Breaking the Sword”, pasukan ‘Israel’ melakukan pencarian intensif di area tersebut, mencari terowongan atau petunjuk apa pun yang bisa menuntun mereka ke posisi pejuang perlawanan.
Pada Kamis malam (24/4/2025), militer ‘Israel’ mengumumkan bahwa seorang komandan tank dari Batalion 79 tewas dalam pertempuran di utara Jalur Gaza. Selain itu, seorang prajurit dari unit Yahalom dan satu lagi dari batalion yang sama dilaporkan mengalami luka parah.
Menurut The Times of Israel, prajurit yang tewas itu terkena tembakan sniper di Beit Hanoun, dekat posisi militer ‘Israel’ di zona penyangga.
Duwairi menambahkan bahwa Al-Qassam terus melakukan pengawasan setelah jebakan “Breaking the Sword”, dan sampai pada kesimpulan bahwa “Israel tertipu oleh hasil penyelidikan mereka sendiri.”
Dengan dasar itu, para pejuang Hamas kembali menggunakan lokasi yang sama, meskipun tidak harus melalui terowongan yang digunakan pada serangan pertama.
Sementara itu, Radio Militer ‘Israel’ mengutip sumber militer yang mengatakan bahwa serangan sniper yang menewaskan komandan tank itu terjadi di zona penyangga utara Gaza.
Masih menurut sumber tersebut, penembakan terjadi hanya beberapa ratus meter dari lokasi tewasnya seorang pelacak jejak ‘Israel’ pada Sabtu lalu (19/4), insiden yang juga terkait dengan jebakan “Breaking the Sword”. Militer ‘Israel’ kini sedang menyelidiki apakah serangan ini dilakukan oleh kelompok yang sama.
Duwairi juga menyebut bahwa Kepala Staf Militer ‘Israel’, Herzi Halevi, masuk ke Gaza dengan strategi “nol korban jiwa”. Namun nyatanya, dalam serangan pertama di Beit Hanoun saja, satu tentara tewas dan lima lainnya terluka, sementara para penyerang berhasil mundur. Dalam serangan kedua, kembali satu tentara tewas dan beberapa lainnya cedera.
Ia menyimpulkan bahwa zona penyangga justru bisa menjadi beban besar dan ancaman serius bagi ‘Israel’ ke depannya dan malah berubah jadi kartu kemenangan bagi Al-Qassam dan faksi perlawanan lainnya.
Menurutnya, zona ini justru memberi ruang gerak lebih luas bagi kelompok perlawanan untuk mencapai target mereka, apalagi karena mereka menerapkan taktik perang gerilya dan strategi pengurasan. Ia menekankan bahwa tentara ‘Israel’ kini seolah menghadapi “bayangan”, musuh yang muncul tiba-tiba di waktu dan tempat yang tak terduga.
Pada Ahad lalu (20/4), Brigade Al-Qassam mengumumkan bahwa mereka telah melancarkan jebakan “Breaking the Sword” pada Sabtu (19/4), di timur kota Beit Hanoun. Serangan dimulai dengan menembakkan peluru anti-tank ke kendaraan militer ‘Israel’ yang mengangkut komando dari unit pengumpulan informasi di Divisi Gaza.
Begitu pasukan bantuan datang untuk menyelamatkan, mereka pun menjadi target bom anti-personel, menyebabkan korban tewas dan luka. Setelah itu, para pejuang Al-Qassam juga menyerang pos militer baru ‘Israel’ di area tersebut dengan empat granat RPG dan rentetan mortir. (zarahamala/arrahmah.id)