GAZA (Arrahmah.id) – Menteri Pertahanan ‘Israel’, Israel Katz, pada Jumat (21/3/2025) sesumbar akan mencaplok sebagian Jalur Gaza ke ‘Israel’ dan melaksanakan rencana Trump untuk pemindahan paksa warga Palestina jika Hamas menolak untuk membebaskan tawanan yang tersisa.
Katz mengatakan dia telah menginstruksikan militer untuk merebut wilayah tambahan di Jalur Gaza sambil mengeluarkan ancaman pemindahan paksa bagi warga sipil Palestina di wilayah tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Katz mengatakan: “Jika organisasi teror Hamas terus menolak untuk membebaskan para sandera, saya menginstruksikan IDF untuk merebut wilayah tambahan, mengevakuasi penduduk, dan memperluas zona keamanan di sekitar Gaza untuk melindungi masyarakat ‘Israel’ dan tentara IDF, melalui penguasaan permanen wilayah tersebut oleh ‘Israel’.”
“Selama Hamas terus menolak, maka Hamas akan kehilangan semakin banyak tanah yang akan ditambahkan ke ‘Israel’,” imbuh Katz.
Katz juga memperingatkan bahwa ‘Israel’ akan “meningkatkan” serangannya di Gaza, termasuk “melalui perluasan manuver darat hingga para sandera dibebaskan dan Hamas dikalahkan.”
Ia menambahkan bahwa ‘Israel’ akan menggunakan “semua tekanan militer dan sipil, termasuk evakuasi penduduk Gaza ke selatan dan melaksanakan rencana migrasi sukarela Presiden AS Trump untuk penduduk Gaza.”
Ini adalah kedua kalinya Katz mengancam penduduk Gaza dengan “kehancuran total” dan pemindahan paksa sejak dimulainya kembali genosida pada Selasa (18/3).
Katz mengatakan dalam pesan video yang ditujukan kepada penduduk Gaza pada Rabu (19/3): “Sinwar pertama telah menghancurkan Gaza, dan Sinwar kedua akan membawa kehancuran total.”
“Segera, evakuasi penduduk dari zona pertempuran akan dilanjutkan, dan apa yang terjadi selanjutnya akan jauh lebih parah – Anda akan membayar harga penuh.”
“Kembalikan para sandera dan singkirkan Hamas – alternatifnya adalah kehancuran total.”
Pernyataan Katz muncul di tengah-tengah pengeboman terbaru ‘Israel’ di wilayah kantong Palestina setelah melanggar perjanjian gencatan senjata dan memulai kembali perang.
Sejak Selasa pagi (18/3), serangan udara ‘Israel’ telah menewaskan lebih dari 700 warga Palestina dan melukai ratusan lainnya. Serangan ‘Israel’ tersebut menandai gagalnya kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang telah dimulai pada 19 Januari 2025. (zarahamala/arrahmah.id)