GAZA (Arrahmah.id) — Israel telah memicu kemarahan global setelah menyebarkan selebaran di Gaza yang isinya memperingatkan warga Palestina untuk bekerja sama dengan pasukannya atau menghadapi pemindahan paksa atau pemusnahan.
Pesan-pesan dalam bahasa Arab tersebut, seperti dilansir The New Arab (21/2/2025), memuat ancaman-ancaman eksplisit, termasuk pernyataan yang mengerikan: “Peta dunia tidak akan berubah jika semua orang Gaza tidak ada lagi.”
Langkah tersebut telah meningkatkan kekhawatiran atas kampanye militer Israel di Gaza, dengan banyak yang melihat selebaran tersebut sebagai pengakuan terbuka atas pembersihan etnis.
Ancaman-ancaman tersebut juga merujuk pada apa yang disebut “rencana Trump”, yang mengusulkan pengusiran massal penduduk Gaza ke negara-negara tetangga.
Poster-poster tersebut menampilkan gambar Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.
Pesan tersebut menyatakan bahwa warga Palestina ditelantarkan oleh dunia, termasuk sekutu Arab mereka, yang konon menyediakan “uang dan senjata bagi Israel, sementara hanya mengirimkan kain kafan kepada [warga Palestina].
“Kepada warga Gaza yang terhormat, setelah berbagai peristiwa yang telah terjadi, gencatan senjata sementara, dan sebelum pelaksanaan rencana wajib Trump—yang akan memaksakan pemindahan paksa kepada Anda, baik Anda menerimanya atau tidak—kami telah memutuskan untuk mengajukan satu permohonan terakhir kepada mereka yang ingin menerima bantuan sebagai imbalan atas kerja sama dengan kami,” bunyi selebaran tersebut.
“Peta dunia tidak akan berubah jika semua warga Gaza tidak ada lagi. Tidak seorang pun akan merasa kasihan kepada Anda, dan tidak seorang pun akan bertanya tentang Anda. Anda telah ditinggalkan sendirian untuk menghadapi nasib Anda yang tak terelakkan. Iran bahkan tidak dapat melindungi dirinya sendiri, apalagi melindungi Anda, dan Anda telah melihat dengan mata kepala sendiri apa yang telah terjadi.
“Baik Amerika maupun Eropa tidak peduli dengan Gaza dengan cara apa pun. Bahkan negara-negara Arab Anda, yang sekarang menjadi sekutu kami, menyediakan uang dan senjata bagi kami, sementara hanya mengirimkan kain kafan kepada Anda.
“Waktu yang tersisa tinggal sedikit—permainan hampir berakhir. Siapa pun yang ingin menyelamatkan diri sebelum terlambat, kami di sini, bertahan sampai akhir zaman.”
Israel telah berulang kali menyebarkan selebaran di Gaza setelah memotong kabel telekomunikasi di daerah kantong itu.
Dalam beberapa bulan terakhir, pesan-pesan ini menjadi semakin agresif, dengan selebaran sebelumnya yang menggambarkan keluarga-keluarga Palestina duduk di atas puing-puing sambil mengejek konsep “kemenangan perlawanan”.
Namun, pesan-pesan terbaru telah menuai kemarahan khusus karena ancaman langsungnya berupa genosida dan pemindahan paksa.
“Selebaran yang dijatuhkan di Gaza adalah bentuk nyata perang psikologis, yang bertujuan untuk menanamkan rasa takut, putus asa, dan ketundukan di antara warga Palestina,” komentar jurnalis Hala Jaber di platform media sosial X.
Ia berpendapat bahwa selebaran tersebut menandakan niat yang jelas untuk melanggar Konvensi Jenewa Keempat, yang melarang hukuman kolektif, pemindahan paksa, dan perang psikologis terhadap warga sipil.
Hal itu terjadi ketika para pejabat AS berkumpul di Konferensi Aksi Politik Konservatif (CPAC), di mana Wakil Presiden JD Vance bersikeras bahwa Washington harus mengambil alih Gaza dan merelokasi penduduknya. (hanoum/arrahmah.id)