TEL AVIV (Arrahmah.id) — Militer Israel telah merilis video tentang wajah sebenarnya dari Abu Ubaidah, juru bicara (jubir) sayap militer kelompok perlawanan Palestina Hamas, Brigade al-Qassam.
Menurut video tersebut, Abu Ubaidah memiliki penglihatan yang asimetris.
Pertanyaan muncul di pihak Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengenai penyebab kelainan penglihatan tersebut, karena masih belum jelas apakah dia terluka dalam serangan udara.
Selain itu, berkurangnya aktivitas jubir Brigade al-Qassam juga membuat militer Zionis penasaran.
IDF mencatat adanya perbedaan nyata pada ukuran mata Abu Ubaidah, meskipun dia berusaha menyembunyikannya dengan mengenakan hoodie.
Sumber militer Israel, sebagaimana dikutip dari Jerusalem Post (25/1/2024), mengatakan: “Siapapun yang mengikutinya dari dekat dapat melihat perubahan yang terjadi pada matanya. Ini lebih besar dari yang lain, dan ini tidak normal.”
Ada spekulasi bahwa dia mungkin terluka, dan menderita peradangan tanpa pengobatan yang tepat akibat serangan IDF.
Penurunan aktivitasnya baru-baru ini semakin menggelitik rasa ingin tahu IDF.
Sebagai jubir sayap militer Hamas, Abu Ubaidah telah menjadi bahan diskusi dalam komunitas keamanan dan intelijen Israel.
Seorang pejabat senior keamanan Zionis menyatakan keprihatinannya, dengan menyatakan, “Pihak keamanan Israel telah membiarkan Abu Ubaidah, bersama dengan tokoh senior Hamas lainnya, untuk tumbuh, berkembang, dan menyebabkan kerusakan pada Israel, alih-alih menetralisirnya.”
Pejabat itu menekankan ancaman signifikan yang ditimbulkan oleh Abu Ubaidah.
Komunitas intelijen Zionis mengakui peran penting Abu Ubaidah dalam perang propaganda melawan Israel. Dia menggunakan taktik perang psikologis canggih yang berdampak pada masyarakat Israel, sering kali berfokus pada isu-isu kontroversial seperti para sandera asal Israel.
Sementara itu, kritik muncul di kalangan keamanan mengenai keterlibatan media dan politik seputar pengiriman obat-obatan Qatar ke sayap militer Hamas dan sandera Israel di Jalur Gaza, sesuai dengan kesepakatan yang dicapai antara Israel dan Hamas.
Seorang sumber senior pemerintah Zionis menyatakan keraguannya, dengan menyatakan, “Karena mekanisme pemberian obat-obatan yang tidak jelas dan verifikasi distribusinya kepada para sandera yang sangat membutuhkan, saya pribadi tidak berpartisipasi.
Masih belum pasti bukti apa yang akan diberikan Hamas dan Qatar untuk membuktikan bahwa obat-obatan tersebut memang mencapai penerima yang dituju.” (hanoum/arrahmah.id)