TEL AVIV (Arrahmah.com) – Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak, pada hari Sabtu (18/2/2012) menyerukan pada dunia agar memperketat sanksi terhadap Iran sebelum negeri para mullah itu memasuki “zona imunitas” melawan serangan fisik untuk menghentikan program nuklirnya itu.
“Kita harus mempercepat laju pemberian sanksi,” katanya dalam konferensi pers di Tokyo.
“Dunia harus memaksa Iran untuk bertanya pada diri sendiri, apakah mereka siap dengan isolasi oleh sebagian besar negara-negara di dunia, jika tidak semua, atau mereka harus memutuskan untuk menghentikan upaya nuklirnya,” katanya.
“Dunia harus meningkatkan sanksi,” katanya, “sebelum Iran sepenuhnya memasuki zona kekebalan.”
Barak, juga wakil perdana menteri Israel, telah sering menggunakan ungkapan “zona kekebalan” yang berarti suatu titik di mana program nuklir Teheran menjadi kebal terhadap serangan fisik.
Tapi ia menepis sebuah artikel yang terbit pada 3 Februari melalui Washington Post bahwa Menteri Pertahanan Amerika Serikat, Leon Panetta, berpikir mungkin Israel bisa menyerang instalasi nuklir Iran dalam beberapa bulan mendatang.
Artikel yang ditulis oleh kolumnis David Ignatius itu mengatakan, “Panetta percaya ada kemungkinan bahwa Israel akan menyerang Iran pada bulan April, Mei atau Juni” sebelum Iran memasuki “zona kekebalan.”
Panetta mengatakan kepada wartawan kemudian, bahwa ungkapannya itu merupakan komentar pribadnya.
Namun dia menambahkan: “Israel mengindikasikan bahwa mereka sedang mempertimbangkan ini, kami telah menunjukkan keprihatinan kami.”
Saat ditanya tentang artikel itu, Barak mengatakan dukungan AS untuk keamanan Israel “telah sangat canggih dan mendalam” di bawah Presiden Barack Obama.
“Kami menghargai Amerika berdiri di belakang Israel dalam masalah keamanan. Tapi kami tidak bisa menyimpulkan dari apa yang bisa terjadi di Iran,” kata Barak.
“Kami masih dalam tahap sanksi dan mengharapkan mereka untuk mendapatkan sanksi yang bahkan lebih ketat.”
Barak mengunjungi Tokyo saat ketegangan antara Israel dan Iran berkobar pasca pengeboman di New Delhi, Tbilisi, dan Bangkok awal pekan ini, namun Iran dengan marah menolak tuduhan bahwa ia berada di balik tindakan teror tersebut.
Teheran juga mengatakan pihaknya telah mengembangkan kemampuan sentrifugal baru untuk memperkaya uranium pada tingkat yang jauh lebih cepat.
Dalam pertemuan dengan Barak pada hari Rabu, Perdana Menteri Jepang, Yoshihiko Noda, memperingatkan aksi militer bisa menjadi “sangat berbahaya,” menurut pejabat kementerian luar negeri Israel yang dikutip media Jepang.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Jepang, Koichiro Gemba, mengatakan kepada Barak, pada hari Kamis, “Menggunakan opsi militer tidak hanya akan memberikan alasan bagi Iran tapi bisa menyatukan dunia Arab melawan Israel.”
Tapi, untuk menunjukkan solidaritasnya, Noda mengatakan Jepang akan berusaha untuk mengurangi impor minyak dari Iran. Tokyo saat ini mengimpor sekitar 10 persen dari konsumsi minyak Teheran. (althaf/arrahmah.com)