(Arrahmah.com) – Konferensi Tingkat Tinggi Perdamaian Timur Tengah yang diselenggarakan pada 14-15 Januari 2017 di Paris, Prancis, dipastikan tidak dihadiri oleh “Israel”. KTT yang dihadiri 70 negara ini menegaskan kembali dukungan solusi dua-negara (two-state solution) antara “Israel” dan Palestina untuk mengakhiri konflik yang sudah berlangsung puluhan tahun tersebut. Konferensi berlangsung pada saat terjadinya ketegangan antara Israel dan masyarakat internasional setelah pada Desember lalu, Perserikatan Bangsa Bangsa mengeluarkan resolusi yang mengecam kegiatan permukiman “Israel” di wilayah pendudukan, Tepi Barat dan Yerusalem Timur.
Putaran terakhir pembicaraan damai langsung ini sempat terhenti pada April 2014. Israel menolak keterlibatan internasional dalam proses perdamaian, dan mengatakan, penyelesaian hanya dapat datang melalui pembicaraan langsung.
Perdana Menteri “Israel”, Benjamin Netanyahu, menyebut KTT Paris merupakan “konferensi curang” dan mengaku kalau Israel tidak terikat oleh hasil konferensi tersebut. “(KTT Paris) Dicurangi oleh Palestina dengan dukungan Prancis untuk mengadopsi sikap-sikap tambahan anti-Israel. Ini jelas akan makin memundurkan proses perdamaian,” kata Netanyahu, seperti dikutip situs BBC, Minggu, 15 Januari 2017. (http://dunia.news.viva.co.id/news/read/870840-israel-tolak-hadiri-ktt-perdamaian-timteng-di-paris)
Catatan :
Sesungguhnya Palestina adalah mutiara negeri Islam; negeri tempat Isra’ dan Mi’raj; negeri kiblat yang pertama di antara dua kiblat kaum Muslim; tanah suci ketiga dan wilayah yang tidak boleh diperjualbelikan, tidak boleh dibarter atau dijadikan tawar-menawar. Allah telah memuliakan dan memberkatinya. Kaum Muslim saat ini telah diuji dengan otoritas dan para penguasa yang tidak bertakwa kepada Allah, sebaliknya mereka loyal kepada musuh-musuh Allah. Mereka tidak mempersiapkan tentara ke medan perang, sebaliknya hanya untuk melakukan berbagai pengakuan, penghormatan dan penyambutan.
Ocehan yang keluar dari pemimpin entitas Yahudi itu merupakan tamparan ke wajah para penguasa dan antek kapitalis yang berlomba-lomba berunding dengan entitas penjahat itu dengan mengekor ilusi fatamorgana perdamaian. Sesungguhnya balasan terhadap arogansi dan kejahatan-kejahatan Yahudi tidak dengan mengikat gencatan cenjata dengan mereka. Tidak pula dengan meminta Dewan Keamanan PBB melakukan intervensi. Juga tidak dengan jalan melakukan protes dan demonstrasi yang menyerukan solidaritas. Membela penduduk Palestina bukanlah dengan doa tanpa perang. Tidak pula dengan mengirimkan donasi kepada mereka tetapi membiarkan mereka kepada tentara Yahudi yang akan membunuhi mereka dan menumpahkan darah-darah mereka. Akan tetapi membela penduduk Gaza dan semua kaum Muslim adalah dengan kekuatan. Darah dibalas dengan darah, tentara dilawan dengan tentara dan orang yang melampaui batas harus ditindak.
“Israel” adalah “Israel”. Tetaplah negara agresor perampas tanah kaum muslim, tidak mengenal basa-basi diplomasi. Negara yang terbiasa darah yang tertumpah penduduk Palestina dianggap “murah” dan Barat dan antek-anteknya tetap tenang tak bergerak. Termasuk para penguasa kaum muslim yang terus saja diam layaknya penghuni kubur. Israel, anak haram Amerika, berani lancang melakukan kejahatan terhadap kaum muslim dan penduduk Palestina karena mengetahui bahwa kaum muslim tanpa Khilafah terpecah belah menjadi lebih dari 50 pecahan. Karena itu, meski kaum muslim memiliki kemampuan dan jumlah mereka lebih dari satu setengah milyar namun mereka tidak bisa melenyapkan zionisme Israel yang kejam dan membebaskan kiblat pertama dari cengkeraman “Israel”.
Satu-satunya jalan untuk menghentikan kebiadaban “Israel” dan menyelamatkan kaum muslim di Gaza tidak dengan solusi 2 negara, maupun bermain di ruang pertemuan PBB, bukan pula melalui Liga Arab, OKI atau KTT Perdamaian. Sesungguhnya balasan terhadap penjahat itu adalah dengan menggerakkan tentara, hingga terpancang al Liwanya di masjid al-Aqsa setelah menuntut balas terhadap para penjahat “Israel”. Satu-satunya jalan itu adalah melalui tangan para tentara Islam. Sesungguhnya tugas para jenderal di militer Islami adalah menggerakkan artileri dan rudal menyerang negara Yahudi dan memobilisasi tentara untuk bergerak membebaskan Palestina dan melenyapkan negara Yahudi dari muka bumi ini. Sekali lagi, Palestina memanggil Anda!
Umar Syarifudin – Syabab Hizbut Tahrir Indonesia
(*/arrahmah.com)