GAZA (Arrahmah.id) – Pembunuhan warga Palestina di Gaza oleh “Israel” melalui sistem penargetan kecerdasan buatan (AI) telah dibantu oleh platform perpesanan WhatsApp milik Meta, sebuah laporan mengungkapkan.
Awal bulan ini, laporan-laporan mengungkapkan bahwa “Israel” menggunakan sistem bantuan kecerdasan buatan yang disebut ‘Lavender’ untuk mengidentifikasi para tersangka militan di Jalur Gaza sebelum menargetkan dan menyerang mereka, memproses sebanyak 37.000 orang Palestina dalam lingkup tersebut.
Alih-alih hanya bertindak sebagai mekanisme penargetan sederhana, sistem ini memiliki tingkat korban sipil yang tinggi yang disengaja, dengan sumber-sumber militer dan intelijen “Israel” mengakui bahwa mereka menyerang target bahkan ketika mereka berada di rumah bersama seluruh keluarga mereka. Seperti yang dikatakan oleh salah satu sumber pada saat itu, pasukan pendudukan “mengebom rumah-rumah tanpa ragu, sebagai pilihan pertama. Jauh lebih mudah mengebom rumah sebuah keluarga. Sistem dibangun untuk mencari mereka dalam situasi seperti ini”.
Menurut insinyur perangkat lunak dan blogger, Paul Biggar, bagaimanapun juga, satu detail penting tentang metode yang digunakan oleh sistem Lavender yang sering diabaikan adalah keterlibatan platform perpesanan, WhatsApp. Faktor penentu utama dari identifikasi sistem ini adalah apakah seseorang berada dalam grup WhatsApp yang berisi tersangka militan lainnya, lansir MEMO (18/4/2024).
Selain ketidaktepatan metode dan pertanyaan moral dalam menargetkan warga Palestina berdasarkan grup WhatsApp atau koneksi media sosial, ada juga keraguan yang muncul karena platform ini berbasis privasi dan menjamin enkripsi “end-to-end” untuk pesan-pesannya.
Menyatakan bahwa perusahaan induk WhatsApp, Meta, membuatnya terlibat dalam pembunuhan “Israel” terhadap para tersangka “pra-kejahatan” di Gaza, Biggar menuduh perusahaan tersebut secara langsung melanggar hukum kemanusiaan internasional, serta komitmen publiknya terhadap hak asasi manusia.
Pengungkapan ini merupakan bukti terbaru bahwa Meta -yang sebelumnya bernama Facebook -membantu penindasan terhadap suara-suara Palestina dan pro-Palestina, dimana platform ini telah lama dikritik karena mengambil langkah-langkah signifikan untuk membungkam perbedaan pendapat yang menentang narasi-narasi “Israel” dan Zionis. Langkah-langkah tersebut termasuk mengizinkan iklan yang mempromosikan holocaust terhadap warga Palestina dan bahkan mencoba menandai kata ‘Zionis’ sebagai ujaran kebencian.
Pembagian data dan pesan pribadi pengguna WhatsApp oleh Meta kepada militer “Israel” dan sistem penargetan AI-nya menunjukkan tingkat kolaborasi yang berbeda, yang berpotensi membuatnya secara langsung terlibat dalam genosida “Israel” yang sedang berlangsung terhadap warga Palestina di Jalur Gaza yang terkepung. (haninmazaya/arrahmah.id)