TEL AVIV (Arrahmah.id) – Perdana Menteri “Israel” Yair Lapid menolak usulan penuntutan bagi tentara yang diduga menembak mati jurnalis Palestina-Amerika Shireen Abu Akleh saat operasi militer beberapa waktu lalu.
Penolakan itu disampaikan tak lama setelah tentara “Israel” (IDF) untuk pertama kalinya membuka kemungkinan Shireen Abu Akleh tewas akibat tembakan dari anggotanya.
“Saya tidak akan membiarkan seorang prajurit IDF yang melindungi dirinya dari tembakan teroris dituntut hanya demi mendapatkan tepuk tangan dari luar negeri,” kata Lapid.
“Tidak akan ada yang mendikte aturan milik kami kepada kami,” ia menegaskan seperti diberitakan AFP, pada Rabu (7/9/2022).
Penolakan itu juga disampaikan tak lama setelah AS mendesak pertanggungjawaban “Israel” setelah mengakui kemungkinan personel militer tak sengaja bunuh Shireen Abu Akleh.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Ned Price mendesak akuntabilitas demi mencegah kejadian serupa terulang.
“Kami menyambut penyelidikan ‘Israel’ atas insiden tragis ini, dan sekali lagi menekankan betapa penting pertanggungjawaban dalam kasus ini, seperti kebijakan dan prosedur untuk mencegah kejadian serupa terulang,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri AS, Ned Price.
Sebelumnya, “Israel” terus mengelak bertanggung jawab atas kematian Shireen Abu Akleh. Namun, militer “Israel” akhirnya mengungkap kemungkinan jurnalis Al Jazeera itu tak sengaja terbunuh oleh IDF.
Hingga kini, “Israel” pun masih terus menggaungkan kemungkinan tersebut, walau mereka mengakui lebih besar kans Abu Akleh tertembak militer negara Zionis tersebut.
“Kesimpulan kami adalah tak mungkin benar-benar mengetahui tembakan mana yang membunuhnya, tapi ada kemungkinan lebih besar dia terkena tembakan tentara ‘Israel’ yang tak mengidentifikasi dia sebagai jurnalis,” ucap seorang pejabat “Israel”.
Meski demikian, pada saat insiden tersebut terjadi Abu Akleh memakai rompi anti-peluru dengan tulisan besar “Pers” di bagian dadanya. Abu Akleh juga memakai helm, tapi tembakan tetap menembus kepalanya hingga ia tewas.
Keluarga Abu Akleh pun menuding “Israel” tak mau bertanggung jawab atas kematian jurnalis senior tersebut.
“Kami masih sangat sakit, frustrasi, dan kecewa,” demikian pernyataan keluarga Abu Akleh.
Mereka lantas mendesak AS untuk menggelar penyelidikan kredibel untuk mengetahui penyebab pasti kematian Abu Akleh. (rafa/arrahmah.id)