TEL AVIV (Arrahmah.com) – “Israel” dan Turki telah mencapai kesepakatan untuk menormalkan hubungan, menurut media “Israel” dan Turki, lansir Al Jazeera, Senin (27/6/2016).
Kesepakatan tersebut telah dilaporkan pada Ahad (26/6), enam tahun setelah serangan “Israel” yang menewaskan 10 aktivis Turki saat armada bantuan Turki berusaha untuk mematahkan blokade di Jalur Gaza.
Turki dan “Israel” berupaya untuk menyelesaikan kesepakatan itu dalam beberapa bulan terakhir, karena “Israel” ingin mencari pelanggan potensial untuk ekspor gas lepas pantainya dan Turki ingin mengembalikan kekuatan regionalnya, ungkap para analis.
Amerika Serikat juga telah mendorong kedua negara itu untuk menyelesaikan sengketa.
“Kesepakatan itu akan membuat “Israel” meminta maaf atas serangan terhadap armada bantuan ke Gaza tahun 2010, di mana 10 warga Turki tewas oleh pasukan komando “Israel”, memberikan kompensasi untuk keluarga korban dan melonggarkan blokade “Israel” atas wilayah Palestina,” reporter Al Jazeera, Imtiaz Tyab, melaporkan dari Yerusalem Barat.
Seorang pejabat “Israel” berbicara kepada AFP tanpa menyebut nama mengatakan bahwa perjanjian tersebut telah selesai namun rinciannya tidak akan secara resmi diumumkan hingga Senin.
Perdana Menteri Turki Binali Yildirim juga berencana akan mengadakan konferensi pers terkair kesepakatan rekonsiliasi “Israel” di Ankara, pada Senin, Daily Hurriyet melaporkan, mengutip dari kantor perdana menteri Turki.
Dua persyaratan kunci yang ditawarkan Turki untuk normalisasi hubungan – permintaan maaf dan kompensasi – sebagian besar telah mencapai kata sepakat, tinggal tuntutan yang ketiga, yaitu “Israel” mencabut blokade atas Jalur Gaza yang dikuasai Hamas, masih menjadi kendala utama yang belum mencapai titik temu.
Menurut ketentuan kesepakatan yang dilaporkan tersebut, “Israel” akan memungkinkan penyelesaian rumah sakit yang sangat dibutuhkan di Gaza, serta pembangunan pembangkit listrik baru dan pembangkit desalinasi untuk air minum.
Bantuan Turki ke Gaza juga akan disalurkan melalui pelabuhan Ashdod “Israel”, kata laporan itu.
Turki telah lama bersikeras bahwa penutupan kasus serangan armada Mavi Marmara harus mencakup mengakhiri blokade “Israel” terhadap Gaza.
Turki juga menuntut akses tak terbatas ke Gaza untuk bantuan dan perdagangan Turki, tapi “Israel” menolak.
“Israel” juga telah berkomitmen untuk memberikan dana kompensasi untuk keluarga korban Turki, ungkap pejabat “Israel” kepada AFP, mengakhiri semua klaim terhadap tentara “Israel”.
Hamas, yang menguasai Jalur Gaza, telah mengatakan bahwa pihaknya tidak terlibat dalam keputusan Turki untuk menormalkan hubungan dengan “Israel”, namun para pejabat Hamas berharap kesepakatan itu akan memiliki dampak yang lebih luas di seluruh wilayah Palestina.
Netanyahu telah berada di bawah tekanan, dimana “Israel” tidak akan menyetujui kesepakatan itu apabila Hamas tidak menyerahkan empat warga “Israel” yang hilang, termasuk mayat dua tentara”Israel” yang diperkirakan tewas dan dua warga sipil “Israel” yang diyakini ditahan hidup-hidup oleh Hamas di Gaza.
Hubungan antara “Israel” dan Turki telah memburuk sejak 2009, ketika perdana menteri – sekarang presiden – Recep Tayyip Erdogan mengecam presiden “Israel” Shimon Peres pada pertemuan Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, atas tindakan “Israel” di Gaza.
Hubungan Turki-Israel semakin memburuk setelah ‘Israel” menyerang Mavi Marmara, salah satu dari enam kapal sipil dari Gaza Freedom Flotilla, di perairan internasional di Laut Mediterania. Sembilan warga Turki tewas ketika pasukan “Israel” menembaki kapal itu, dan satu orang lainnya juga meninggal akibat luka parah.
(ameera/arrahmah.com)