GAZA (Arrahmah.id) – Gencatan senjata antara “Israel” dan Hamas telah diperpanjang untuk hari ketujuh, sumber-sumber dari kedua belah pihak mengumumkan hanya beberapa menit sebelum perjanjian tersebut akan berakhir.
Militer pendudukan “Israel” mengatakan pada Kamis (30/12/2023) bahwa jeda sementara dalam pertempuran di Jalur Gaza akan terus berlanjut “mengingat upaya para mediator untuk melanjutkan proses pembebasan sandera, dan tunduk pada ketentuan-ketentuan dalam perjanjian”.
Dalam sebuah pernyataan terpisah, Hamas mengatakan sebuah kesepakatan telah dicapai untuk memperpanjang gencatan senjata sementara, yang awalnya dimulai pada Jumat, lansir Al Jazeera.
Gencatan senjata akan diperpanjang setidaknya selama 24 jam.
Qatar, yang telah memediasi kedua belah pihak, mengatakan bahwa kesepakatan tersebut diperpanjang dengan persyaratan yang sama seperti sebelumnya, di mana Hamas telah membebaskan 10 sandera “Israel” per hari dengan imbalan 30 tahanan Palestina.
Hingga satu jam terakhir, prospek perpanjangan perjanjian ini masih dipertanyakan, setelah kedua belah pihak gagal menyepakati daftar baru tawanan “Israel” yang akan dibebaskan dari Gaza pada Kamis.
Hamas mengatakan “Israel” menolak daftar yang diusulkan yang mencakup tujuh tawanan yang masih hidup dan jenazah tiga tawanan yang terbunuh dalam serangan udara “Israel” sebelumnya. “Israel” kemudian mengatakan bahwa Hamas mengajukan daftar yang telah diperbaiki, yang membuka jalan untuk perpanjangan waktu.
Pembicaraan antara kedua belah pihak tampaknya semakin alot karena sebagian besar perempuan dan anak-anak yang ditahan oleh Hamas telah dibebaskan.
Kelompok Palestina mungkin akan meminta pembebasan tawanan dalam jumlah yang lebih besar sebagai imbalan atas pembebasan pria dan tentara “Israel”.
“Hanya ada begitu banyak sandera sipil yang tersisa,” ujar Mohamed Elmasry, seorang analis dari Institut Studi Pascasarjana Doha, kepada Al Jazeera. “Semakin lama hal ini berlangsung, semakin sulit bagi Hamas untuk menghasilkan sandera sipil karena jumlah mereka sangat terbatas.”
Dia mengatakan Hamas kemungkinan akan menuntut konsesi yang jauh lebih besar, seperti gencatan senjata permanen dan pembebasan semua tahanan Palestina, untuk membebaskan tentara “Israel”.
“Israel pasti menginginkan para sandera itu kembali. Pertanyaannya adalah: berapa harganya?” kata Elmasry. (haninmazaya/arrahmah.id)