TEL AVIV (Arrahmah.com) – ‘Israel’ menolak masuk puluhan wisatawan Turki di bandara Ben Gurion di Tel Aviv setelah mengklaim bahwa visa kelompok tur itu palsu, lansir The New Arab pada Senin (30/7/2018).
Tur ini diselenggarakan oleh Agen Perjalanan Sila yang berbasis di Turki dan peserta dijadwalkan mengunjungi tempat-tempat suci Muslim, terutama kompleks Masjid al-Aqsha di Yerusalem Timur.
Kelompok itu dicegat masuk ke ‘Israel’ setibanya di bandara Ben Gurion.
Kementerian luar negeri ‘Israel’ menuduh bahwa agen perjalanan ‘Israel’ telah “memalsukan visa kelompok tersebut”, tetapi perwakilan dari Sila mengatakan kepada kantor berita Anadolu Turki bahwa kelompok itu telah memperoleh visa kolektif dari konsulat ‘Israel’ di Istanbul.
“‘Israel’ tidak memberikan visa terpisah untuk setiap penumpang bagi perusahaan wisata yang membawa turis ke Yerusalem,” katanya.
“Dokumen yang dikeluarkan oleh konsulat ini berfungsi sebagai visa untuk semua penumpang. Kami telah menerima surat visa dalam bahasa Ibrani bagi penumpang kami untuk perjalanan kunjungan Yerusalem kami tetapi 90 penumpang kami tidak diizinkan masuk ke ‘Israel’ karena diduga tidak memiliki visa.”
Lima belas penumpang dikirim kembali segera ke Istanbul sementara 33 lainnya berangkat kemudian pada Minggu malam (29/7).
Para turis yang tersisa dikirim kembali ke Turki pada Senin (30/7).
Sumeyra Sevgulu Haciibrahimoglu, seorang pelajar berusia 23 tahun, mengatakan kepada Anadolu bahwa para turis dipisahkan menjadi sejumlah kelompok dan ditanyai oleh pejabat keamanan ‘Israel’.
“Setelah menanyai beberapa teman kami di ruang pemeriksaan keamanan, kami dibawa ke ruangan yang berbeda secara berkelompok,” katanya.
“Beberapa di antara kami ingin berada di ruangan yang sama tetapi polisi ‘Israel’ menolak permintaan ini,” tambahnya.
“Satu-satunya impian kelompok perjalanan kami yang sebagian besar terdiri dari kaum muda adalah untuk melihat Yerusalem.”
Insiden ini terjadi di tengah ketegangan diplomatik yang meningkat antara Turki dan ‘Israel’.
Pada bulan Mei, kedua negara mengusir duta besar masing-masing setelah perang kata-kata terkait pembantaian ‘Israel’ terhadap lusinan demonstran Palestina di Gaza.
Pekan lalu, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mencap ‘Israel’ sebagai “negara paling fasis dan rasis” di dunia setelah Knesset mengesahkan undang-undang baru yang mendefinisikan negara itu sebagai negara bangsa orang-orang Yahudi.
Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu menanggapi dengan mengkritik kampanye militer Turki di dalam Suriah dan menyebut Turki sebagai “diktator gelap” di bawah pemerintahan Erdogan menyusul tindakan keras massa setelah kudeta gagal 2016. (Althaf/arrahmah.com)