TEL AVIV (Arrahmah.id) — Aparat keamanan Israel masih berusaha melacak keberadaan dua warga Palestina yang diduga menusuk tiga warga sipil Israel hingga tewas. Pelaku berasal dari Kamp Jenin yang menjadi episentrum gelombang kekerasan teranyar.
Penusukan massal yang menewaskan tiga orang di dekat Tel Aviv, Israel, Kamis (5/4/2022), merupakan insiden teranyar menyusul eskalasi kekerasan dalam beberapa pekan terakhir.
Kedua pelaku, yang diduga berusia 19 dan 20 tahun, berasal dari Kamp Jenin di Tepi Barat Yordan. Kawasan pengunsi itu menjadi episentrum pertempuran teranyar antara militan Palestina dan Israel.
Sejak awal tahun, sejumlah warga Palestina asal Jenin melakukan serangkaian serangan mematikan terhadap warga sipil atau serdadu Israel. Akibatnya, militer dan kepolisian melancarkan penggerebekan terhadap kamp tersebut yang kemudian memicu pertukaran tembakan.
“Kami akan menangkap teroris dan menghancurkan kelompok pendukungnya, dan mereka akan mendapat ganjaran setimpal,” kata Perdana Menteri Naftali Bennett, seperti dikutip dari AP (6/5).
Otoritas mengatakan pelaku melarikan diri dengan kendaraan bermotor, ketika korban masih bersimbah darah di Elad, sebuah pemukiman ultra-Ortodoks di dekat kota Tel Aviv. Selain tiga yang meninggal dunia, empat warga sipil lain dikabarkan mengalami luka-luka.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Antony Blinken, mengecam “serangan mengerikan terhadap laki-laki dan perempuan tidak berdosa,” katanya dalam keterangan pers. Adapun Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, memperingatkan konsekuensi tindak kekerasan terhadap perdamaian.
“Pembunuhan warga sipil Palestina atau Israel hanya mengarah pada situasi yang lebih parah, pada saat ketika kita semua berusaha mencapai stabilitas dan mencegah eskalasi,” tuturnya seperti dikutip Kantor Berita Palestina, Wafa.
Tanggal 14 Mei 1948 merupakan simpang sejarah yang menjauhkan takdir kedua bangsa.
Pada hari itu, warga Yahudi merayakan pembentukan negara sebagai suaka bagi bangsa yang baru mengalami genosida, sebaliknya Palestina meratapi pengusiran dari Israel yang dikenal dengan Nakba atau Hari Bencana.
Sejarah kelam itu menaungi Kamp Jenin yang menampung sebagian pengungsi Palestina dari Israel. Di sini pula meletus Intifada kedua pada tahun 2000 yang menewaskan ribuan warga sipil di kedua belah pihak.
Sejak awal Maret 2022, setidaknya 18 warga Israel tewas di tangan militan Palestina, termasuk korban penusukan dan penembakkan massal di Tel Aviv dan di Tepi Barat.
Adapun di pihak Palestina, sebanyak 30 orang dikabarkan tewas di tangan aparat keamanan, tiga di antaranya warga sipil tidak berdosa.
Eskalasi itu dirayakan kelompok militan Palestina, Hamas, sebagai bentuk perlawanan.
“Penyerbuan terhadap Masjid al-Aqsa tidak bisa dibiarkan begitu saja,” kata juru bicara Hamas, Hazem Qassem. “Operasi heroic (penembakan) di Tel Aviv merupakan penafsiran praktis dari apa yang telah diperingatkan oleh kelompok perlawanan.” (hanoum/arrahmah.id)