DAMASKUS (Arrahmah.id) – Militer “Israel” telah melakukan serangan udara yang menargetkan apa yang diklaimnya sebagai pangkalan militer dan pusat komando di Suriah selatan dan di luar ibukota, Damaskus.
Pesawat-pesawat tempur “Israel” menghantam kota Kisweh, sekitar 20 km (12 mil) di selatan Damaskus, serta provinsi selatan Deraa pada Selasa malam, kata penduduk, sumber-sumber keamanan, dan lembaga penyiaran lokal Syria TV.
Tentara “Israel” mengatakan bahwa mereka menyerang “target militer di Suriah selatan, termasuk pusat komando dan beberapa tempat yang berisi senjata”, tanpa menyebutkan lokasi yang tepat.
Penduduk Damaskus melaporkan mendengar suara pesawat terbang beberapa kali di atas ibu kota dan serangkaian ledakan, lansir al Jazeera (26/2/2025).
“Angkatan Udara menyerang dengan gencar di Suriah selatan sebagai bagian dari kebijakan baru yang telah kami tetapkan untuk menenangkan Suriah selatan -dan pesannya jelas: kami tidak akan membiarkan Suriah selatan menjadi Libanon selatan,” klaim juru bicara Menteri Pertahanan “Israel” Katz dalam sebuah pernyataan.
“Setiap usaha yang dilakukan oleh pasukan rezim Suriah dan organisasi-organisasi teroris di negara itu untuk membangun diri mereka sendiri di zona keamanan di Suriah selatan akan ditanggapi dengan tembakan,” tambah pernyataan tersebut.
Pemboman tersebut terjadi beberapa jam setelah Suriah mengutuk serangan “Israel” ke wilayah selatan negara itu dan menuntutnya untuk mundur, menurut pernyataan penutupan sebuah pertemuan dialog nasional. KTT yang diselenggarakan oleh pemerintah baru Suriah ini bertujuan untuk menguraikan peta jalan politik negara tersebut setelah penggulingan Presiden Bashar al-Assad pada Desember lalu.
“Israel” memindahkan pasukannya ke zona demiliterisasi yang dipantau oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di dalam Suriah setelah penggulingan al-Assad, sebuah langkah yang melanggar perjanjian pelepasan senjata tahun 1974 dengan Suriah.
Pada Ahad, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu menyerukan “demiliterisasi” Suriah selatan, dengan mengatakan bahwa Israel “tidak akan mengizinkan tentara Suriah yang baru untuk pindah ke wilayah selatan Damaskus”.
Kelompok Palestina Hamas mengutuk serangan udara tersebut dengan “sangat keras”, menyebutnya sebagai “serangan terang-terangan terhadap kedaulatan Suriah” dan kelanjutan dari agresi “Israel” terhadap negara-negara Arab.
Serangan-serangan tersebut memperumit upaya-upaya pemerintahan baru Suriah untuk menyatukan kembali negara tersebut, kata Qutaiba Idlbi, seorang peneliti senior untuk Suriah di Dewan Atlantik.
Ia mengatakan bahwa serangan udara tersebut bertepatan dengan pertemuan dialog nasional mengenai transisi politik Suriah, yang telah menghadapi tantangan, terutama dalam negosiasi dengan komunitas Druze di bagian selatan dan Pasukan Demokratik Suriah yang dipimpin oleh Kurdi di bagian timur laut. (haninmazaya/arrahmah.id)