RAFAH (Arrahmah.id) – Sejak Ahad malam (11/2/2024) hingga Senin dini hari (12/2), pasukan pendudukan “Israel” memulai kampanye pengeboman intensif yang menargetkan kota Rafah di Gaza selatan yang padat penduduknya, menewaskan dan melukai ratusan warga sipil, termasuk sejumlah besar anak-anak dan perempuan.
Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza melaporkan pembunuhan tragis lebih dari 100 warga sipil, termasuk anak-anak dan wanita, dan ratusan lainnya terluka. Para korban dilarikan ke rumah sakit di seluruh kota.
Bulan Sabit Merah Palestina menyatakan bahwa Rafah menyaksikan serangan udara sengit “Israel” yang terkonsentrasi di pusat kota, menghantam rumah-rumah penduduk di dekat markas Bulan Sabit Merah.
Direktur Rumah Sakit Kuwait di kota tersebut, Suhaib Al-Hams, mengatakan rumah sakit tersebut kewalahan menangani pasien yang terluka parah dan kekurangan obat-obatan serta persediaan.
Kantor berita resmi Palestina Wafa melaporkan bahwa pesawat tempur “Israel” melancarkan sekitar 40 serangan udara, menargetkan banyak rumah dan masjid yang menampung pengungsi di seluruh kota. Hal ini disertai dengan penembakan artileri yang intens dan pengeboman angkatan laut di Rafah.
Kendaraan sipil yang membawa korban tiba di Rumah Sakit Kuwait di Rafah, sementara ratusan orang dievakuasi ke rumah sakit untuk menghindari pengeboman yang sedang berlangsung, menurut sumber dan saksi setempat.
Di antara masjid-masjid yang menjadi sasaran adalah Masjid Al-Rahma di Shaboura dan Al-Huda di kamp pengungsi Yibna, keduanya menampung puluhan keluarga pengungsi, serta lebih dari 14 rumah yang dihuni. Serangan udara “Israel” juga meluas ke wilayah dekat perbatasan dengan Mesir.
Perkiraan menunjukkan sekitar 1,4 juta warga dan pengungsi internal saat ini berada di Rafah setelah pasukan pendudukan Israel memaksa ratusan ribu warga Palestina dari Gaza utara untuk pindah ke selatan pada tahap awal agresi saat ini.
Sementara itu, setidaknya tujuh warga sipil syahid dan sekitar 14 staf medis serta pengungsi terluka oleh penembak jitu “Israel” di sekitar Kompleks Medis Nasser, di kota Khan Yunis, selatan Jalur Gaza pada Senin (12/2).
Air limbah membanjiri unit gawat darurat dan menghambat pekerjaan para kru di Kompleks Medis Nasser, yang telah berada di bawah pengepungan ketat militer “Israel” selama 22 hari.
Militer “Israel” telah meningkatkan serangannya terhadap Rafah di Gaza selatan ketika mereka mempersiapkan kemungkinan serangan darat di kota Palestina, yang telah menjadi salah satu daerah terpadat di dunia.
Rafah, yang berbatasan dengan Mesir, adalah kota penting terakhir yang belum dimasuki pasukan “Israel”. Daerah tersebut pernah ditetapkan sebagai “zona aman”, meskipun telah menjadi sasaran serangan udara terus-menerus sejak serangan “Israel” dimulai.
“Serangan tentara pendudukan terhadap kota Rafah hari ini merupakan kelanjutan dari perang genosida dan upaya pemindahan paksa yang dilakukan terhadap rakyat Palestina,” kata Kementerian Kesehatan Palestina.
Demikian pula, Kementerian Luar Negeri Palestina “mengutuk dengan keras pembantaian massal” yang terus dilakukan pasukan “Israel” terhadap warga Palestina, terutama para pengungsi.
“Israel secara resmi terus menargetkan warga sipil dan mengalihkan perang ke Rafah untuk mendorong penduduk mengungsi akibat pengeboman,” katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis di X.
“Pembantaian pendudukan baru-baru ini adalah bukti valid peringatan internasional dan ketakutan akan dampak buruk dari perluasan perang ke Rafah,” tambah kementerian tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, 28.340 warga Palestina telah syahid, dan 67.984 terluka dalam genosida “Israel” yang sedang berlangsung di Gaza sejak 7 Oktober. (zarahamala/arrahmah.id)