JALUR GAZA (Arrahmah.com) – Pasukan “Israel” pada Rabu (16/9/2020), kembali melanjutkan serangan udara ke arah Jalur Gaza yang diblokade. Mereka membombardir pos-pos milik Hamas yang ada di Jalur Gaza. Merespon serangan tersebut, tembakan roket diluncurkan dari wilayah Palestina.
Menurut kantor berita Palestina WAFA, serangan udara “Israel” menyebabkan kerusakan properti di Jalur Gaza. Pesawat tempur “Israel” menembakkan rudal ke sebuah bangunan di Beit Lahiya, di Jalur Gaza bagian utara.
Selain di Beit Lahiya, pasukan “Israel” juga menargetkan wilayah di Deir Al-Balah, sebuah kota di Gaza tengah, serta wilayah Khan Younis di Gaza selatan.
Tidak ada korban jiwa atau luka-luka atas serangan tersebut.
Pasukan “Israel” melancarkan serangan udara setelah negaranya bersama Uni Emirat Arab dan Bahrain menandatangani kesepakatan yang disebut “Abraham Accords” di Washington setelah perjanjian bilateral.
Serangan udara yang diluncurkan “Israel” semakin mempertegas bahwa normalisasi dan penandatangan kesepakatan dengan “Israel” yang dilakukan oleh UEA dan Bahrain tidak akan banyak mengubah konflik antara “Israel” dan Palestina.
Kemarahan rakyat Palestina memuncak setelah kedua negara teluk, yakni UEA dan Bahrain menandatangani kesepakatan normalisasi hubungan diplomatik dengan “Israel”. Penandatanganan kesepakatan yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump, unjuk rasa di seluruh wilayah Palestina.
Dengan mengibarkan bendera Palestina dan mengenakan masker, untuk melindungi diri dari virus corona, para demonstran di tepi Barat berunjuk rasa di kota Nablus, Hebron dan Ramallah.
Kesepakatan yang dilakukan UEA dan Bahrain dianggap melanggar konsensus Arab, yang berlaku selama puluhan tahun, bahwa tidak akan ada normalisasi bilateral dengan “Israel” sampai negara itu berdamai dengan Palestina. Rakyat Palestina merasa dikhianati oleh negara-negara Teluk yang didukung oleh Barat.
Presiden Palestina, Mahmoud Abbas mengatakan bahwa kesepakatan itu tidak akan menyebabkan perdamaian di wilayah itu sampai AS dan “Israel” mengakui hak rakyat Palestina atas sebuah negara.
“Perdamaian, keamanan, dan stabilitas tidak akan tercapai di kawasan ini sampai pendudukan ‘Israel’ berakhir,” ujar Abbas. Dia juga menekankan bahwa rakyat Palestina tidak akan berhenti untuk memperjuangkan hak dan tanah airnya hingga pendudukan “Israel” hengkang dari tanah Palestina. (rafa/arrahmah.com)