GAZA (Arrahmah.id) – Pihak berwenang ‘Israel’ telah membebaskan 16 warga Palestina, termasuk seorang wanita tua dan seorang pemuda, yang ditangkap dari berbagai wilayah di Jalur Gaza sejak Oktober lalu.
Para tahanan dibebaskan melalui pos militer Kissufim milik tentara ‘Israel’ di timur kota Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah pada Rabu (17/7/2024).
Tiga belas tahanan dibawa ke Rumah Sakit Syuhada Al-Aqsa di Deir al-Balah karena kondisi kesehatan mereka, demikian laporan kantor berita Anadolu.
Adib Mafarja from the town of Beit Laqya, west of Ramallah,embraces freedom after 9 months of illegal administrative detention.
Before and after captivity .. pic.twitter.com/AmPvDpdcac
— Palestine Captives 𓂆 (@Palestinecapti1) July 17, 2024
Koresponden kantor berita tersebut mengatakan bahwa “ada tanda-tanda penyiksaan” pada tubuh para tahanan saat dokter memeriksa mereka.
Salah satu tahanan, Faris Hijazi dari Rafah, yang ditahan selama dua bulan, berbicara tentang berbagai metode penyiksaan yang digunakan oleh militer ‘Israel’ termasuk pemukulan dan sengatan listrik, menurut sumber Palestina.
Hijazai menggambarkan bagaimana para tahanan hampir tidak makan dan tidur, dan mengatakan bahwa dari dini hari hingga tengah malam, para tahanan akan menjadi sasaran penganiayaan.
Tahanan lain yang juga ditahan selama dua bulan, Rami Sameh Hmeid, menggambarkan penggunaan anjing dan semprotan merica dalam penyiksaan. Ia mengatakan mereka hanya akan tidur dari pukul 6 pagi hingga pukul 9 pagi, seraya menambahkan bahwa para tahanan akan ditutup matanya dan dibaringkan di lantai sepanjang hari. Beberapa bagian tubuhnya dipatahkan.
Jumlah Penahanan Tidak Diketahui
Dalam beberapa bulan terakhir, ‘Israel’ telah membebaskan puluhan tahanan, yang telah mengonfirmasi dalam kesaksian mereka bahwa mereka menjadi sasaran penganiayaan, penyiksaan, dan interogasi yang kejam.
Tentara ‘Israel’ telah menangkap ribuan warga Palestina dari berbagai daerah di Jalur Gaza. Namun, otoritas ‘Israel’ menolak untuk memberikan jumlah pasti penangkapan tersebut, demikian dilaporkan Anadolu.
Direktur Rumah Sakit Al-Shifa yang baru saja dibebaskan, Dr. Muhammad Abu Salmiya, mengatakan tidak ada organisasi internasional yang diizinkan mengunjungi tahanan, dan mereka juga tidak diizinkan menemui pengacara. Sementara itu, Dr. Salmiya mengatakan para tahanan mengalami “penyiksaan berat dan penyerangan hampir setiap hari di dalam penjara dan tidak diberi perawatan medis”.
Pada Juni, Pemantau Hak Asasi Manusia Euro-Med mengeluarkan laporan baru yang mendokumentasikan kesaksian dari tahanan Gaza yang dibebaskan yang merinci penganiayaan dan penyiksaan.
Seorang tahanan bercerita tentang dirinya yang “dipukuli dan disengat listrik” karena ia “menolak disuntik” dengan zat yang tidak diketahui.
Pemerkosaan dan Kekerasan Seksual
Seorang jurnalis Palestina yang ditahan dari Gaza menjelaskan kepada pengacaranya, Khaled Mahajneh, berbagai contoh penyiksaan, penganiayaan, dan pemerkosaan yang ia dan tahanan lainnya alami di kamp penahanan Sde Teiman ‘Israel’ di gurun Naqab (Negev).
Para tahanan menjadi sasaran penyiksaan terus-menerus, pelecehan fisik dan seksual serta penghinaan, yang menyebabkan kematian di antara mereka, kata Mahajneh.
Pengacara tersebut mengetahui bahwa enam tahanan di kamp tersebut menjadi sasaran serangan seksual dan pemerkosaan oleh tentara ‘Israel’, di depan tahanan lainnya.
Investigasi oleh The New York Times bulan lalu mengonfirmasi bahwa ‘Israel’ menjalankan kebijakan penyiksaan sistematis di kamp penahanan Sde Teiman.
Laporan mengenai penyiksaan di Sde Teiman telah muncul di media ‘Israel’ dan Arab, menyusul kecaman dari kelompok hak asasi lokal dan internasional tentang kondisi mengerikan di sana.
Kematian dalam Tahanan
Investigasi NYT mengungkapkan bahwa 1.200 warga sipil Palestina ditahan di Sde Teiman “dalam kondisi yang tidak layak dan tidak diberi kesempatan untuk mengajukan kasus mereka ke hakim hingga 75 hari.” Selain itu, para tahanan tidak diberi “akses ke pengacara hingga 90 hari”.
Seorang tentara ‘Israel’ yang bertugas di Sde Teiman mengungkapkan kepada NYT bahwa rekan-rekan tentaranya sering membanggakan diri karena memukuli tahanan, dan dia mengamati tanda-tanda perlakuan semacam itu.
“Dari 4.000 tahanan yang ditahan di Sde Teiman sejak Oktober, 25 orang meninggal di lokasi atau setelah dibawa ke rumah sakit sipil terdekat,” demikian laporan NYT, mengutip keterangan petugas di pangkalan tersebut.
Pada Mei, CNN melaporkan bahwa tiga whistleblower ‘Israel’ yang bekerja di kamp penahanan Sde Teiman mengungkap pelanggaran sistemik oleh militer, termasuk tahanan yang ditahan, ditutup matanya, dan dipaksa memakai popok.
Mereka menggambarkan “penggeledahan rutin saat para penjaga melepaskan anjing-anjing besar ke tahanan yang sedang tidur, melemparkan granat kejut ke kandang saat pasukan menyerbu masuk.”
Awal tahun ini, the Palestine Chronicle menerbitkan laporan khusus mengenai perlakuan terhadap tahanan perempuan di penjara Damon, di tangan otoritas ‘Israel’, termasuk “penggeledahan tubuh yang memalukan”. (zarahamala/arrahmah.id)